“Kucintaimu,
tak berarti bahwa.. Ku harus memilikimu selamanya...”
Plis deh, pasti dari kalian banyak yang hafal lagu ini. Ini lagu kayaknya
udah sejak zaman gue masih SD, tapi entah gak ilang-ilang dari ingatan. Padahal
gue juga gak pernah murojaah. Ckckck. Giliran Al Qur’an aja, baru kemaren
disetorin sekarang udah lupa. Hadeh.. Astaghfirullah..
Oke, mungkin lirik lagu di atas pada paham maksudnya. Menggambarkan
perasaan orang yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Dan kayaknya banyak dari
kalian yang sering ngalami. Kasihan deh.. :P
Gue bukan bermaksud pengen menghina kalian, karena jujur gue juga bernasib
sama. -_-“ Gue disini cuma pengen ngasih hiburan, pengen ngasih contoh dari
arti kata “cinta tak harus memiliki yang sebenarnya”. Kenapa? Karena kebanyakan
kita itu terlalu lebay. Suka ketipu ama cerita dan roman-roman picisan. Lihat
film yang boongan, baca novel atau cerpen yang agak romantis dikir langsung
melow, terus teriak teriak, “Ihh, romantis banget.” atau mungkin “ihh, kasian
banget”. Gak banget -_-“. Dan apa yang gue sampaikan barusan bukan fiksi, tapi
beneran dan sering terjadi di sekitar kita.
Padahal ya, kalau kita mau buka siroh, ada cerita berkaitan dengan “Cinta
tak harus memiliki” yang lebih keren. Cerita yang dialami oleh para sahabat
nabi. Cerita suci yang penuh hikmah. Monggo disimak..
***
Dia adalah Salman Al Farisi, seorang pengembara dari Persia. Sebagaimana
seorang pengembara lainnya, Salman merasa asing di negeri itu, Madinah.
Sekalipun di negeri itu ada Rasulullah, sekalipun di negeri itu ada
Sahabat-sahabat yang hebat, tapi fitrohnya sebagai manusia membutuhkan saudara
spesial. Dia membutuhkan kawan yang mampu menjadi tempatnya berkeluh kesah. Dan
akhirnya dia pun bersahabat dengan Abu Darda’.
Suatu ketika, Salman mengungkapkan pada sahabatnya keinginannya untuk
mempersunting salah satu wanita Anshor. Karena ia kurang mengetahui tradisi
dalam melamar di Madinah, Ia pun meminta Abu Darda’ untuk mengantarkan
lamarannya. Baginya sahabatnya lebih layak untuk menyampaikan lamarannya,
karena paham dengan kondisi sosio-kultural di sana. Tak lupa, Ia juga telah
mempersiapkan mahar dan segala hal yang dibutuhkan untuk pernikahan tersebut.
Akhirnya diantarkanlah sahabatnya tersebut menemui wali sang fulanah. Mereka
disambut dengan hangat oleh orangtua wanita tersebut, karena keduanya adalah
sahabat Nabi yang masyhur. Tapi sang ayah tidak berani menjawabnya. Ia
menyerahkan sepenuhnya jawaban atas lamaran itu kepada putrinya sendiri.
Sang putri kemudian berpikir, dan akhirnya memberikan jawabannya. Tapi
jawabannya jauh banget dari yang diharapkan. Si fulanah tadi menolak lamaran
dari Salman. Orangtuanya berkata “Maafkan kami, putri kami tidak bisa
menerimanya. Namun jika Abu Darda’ mempunyai niat yang sama, dia menerimanya”.
Bayangin aja kalau kalian ada di posisinya Salman, apa yang bakal kalian
perbuat? Mungkin kalian bakal nyesel karena telah salah memilih ‘pelamar’. Atau
mungkin kalian bakalan sakit hati? Remuk? Tapi bukan seperti itu kelas para
sahabat Rasulullah. Dan sungguh sikap mereka memang benar-benar layak untuk
kita teladani.
“Allahu Akbar. Kalau begitu semua mahar dan persiapan ini aku berikan
kepada Abu Darda’”, justru kalimat itu yang keluar. Gak nyangka? Kebayang gak
kalian berucap kayak gitu? Merelakan orang yang kalian ikhtiyari dalam hidup
pada akhirnya justru memilih sahabat kalian. Walaupun gue berani nulis begini,
tapi jujur gue gak mesti kuat berbuat kayak gitu XD.
Tapi ingat sekali lagi. Meski para sahabat tidak ma’shum, mereka mempunyai
akhlak yang agung. Mereka adalah hasil tarbiyah Rasulullah. Maka tak heran Salman
begitu berbesar hati dengan sahabatnya. Ia begitu memahami, karena mencintai
tak harus memiliki. Dan ia rela tidak mendapatkan apa yang dia inginkan selama
orang-orang di sekitarnya bahagia karenanya. Kalian mampu kayak Salman?
***
Gimana? Itu tuh cerita sejati. Cinta dan romantisme yang patut dibanggakan.
Gak cuma karangan orang-orang. Gue habis baca cerita ini biasanya langsung
sadar kembali. Mencintai itu fitroh, tapi memiliki orang yang dicintai hanyalah
kemungkinan. Yah, gue belum nikah, jadi gue gak berani ngomong kayak gini lebih
dalam. Entar kalau gue udah nikah, gue bakal kasih tau deh arti cinta yang
sebenarnya. Insya Allah. Pokoknya minta doanya aja yak ^^