Alhamdulillah, belum diterima

09/05/15


Tiga setengah tahun yang lalu, aku masih ingat bagaimana kejadian itu berlangsung. Impianku untuk segera menyudahi ujian Basic Program 2 di Elfast pupus sudah. Di tes gelombang keduaku, aku gagal untuk menaklukannya. Ya, di tes yang memang terkenal susah di seantero Pare tersebut, aku gagal hanya karena salah meletakkan satu kata. Dan setelah itu, semangatku mulai mengendur. Sampai sekarangpun, aku belum mengambil sertifikatnya. Ahihi

Hari ini, 9 Mei 2015 pun menjadi hari bersejarah, bukan hanya buatku, tapi juga bagi beratus ribu siswa lain di nusantara. Ya, hari ini adalah hari dimana bilamana SNMPTN diumumkan. Tercatat lebih dari seratus delapan puluh dua ribu siswa diterima via jalur ini. Barakallah, barakallah.

Aku sebenarnya juga menjadi salah satu siswa yang harap-harap cemas mengikuti program ini, tapi ternyata, ekspektasiku berbeda dengan kenyataan yang ada. Pilihanku di UNS dan UNDIP ternyata belum diluluskan oleh Allah via universitas yang bersangkutan. Sedih? Pasti dong. Tapi inilah hidup, ada banyak kejadian yang mungkin tiada kita harapkan. But so what? Toh, aku masih punya Allah yang bisa kugantungi kok.

Sebenarnya aku berharap dengan diterima di SNMPTN ini, aku bisa segera menyudahi pergulatan dengan pelajaran eksak, bisa langsung fokus ke hal-hal lain, bisa nulis artikel lagi, bisa belajar nyopir mobil, ngapalin matan tholibil ilmi, ikut PKL lagi besok bulan Ramadhan, ahh tapi kan itu hanya harapan. Toh ternyata Allah menunjukkan, itu bukanlah jalan terbaik yang harus kulalui.

Selepas pengumuman tadi, aku langsung posting pengumuman ketidakterimaanku (itu bahasanya betul gak?) di SNMPTN. Mungkin beberapa orang ada yang beranggapan aku kurang kerjaan, pamer suatu hal yang gak bisa dibahagiakan. Padahal, aku gak bermaksud kayak gitu loh. Aku posting pengumuman tersebut di Instagram, Facebook, dan twitter cuma pengen biar khalayak ramai tahu, aku masih punya cita yang belum terwujudkan.

Aku berharap memosting pengumuman tersebut, namaku jadi terselip di doa teman-teman, follower, maupun para stalker akunku (ahihi). Kan ketika seorang mukmin mendoakan saudaranya dalam diam, para Malaikat akan mendoakan yang seperti itu juga pada mereka. Dan aku berharap para saudaraku juga seperti itu, mereka juga mendapat kebaikan yang sama. Pun juga aku husnuddzon, ada banyak yang segan buat ngepoin aku, makanya aku ngasih tahu mereka tanpa perlu mereka bertanya.. :D

Dengan tidak diterimanya aku di SNMPTN ini, aku jadi mendapatkan banyak hikmah yang mungkin gak bakal kudapatkan jika aku diterima. Pertama, aku jadi tersadar, betapa jauhnya keihlasanku menyimpang. Seperti yang disampaikan salah satu hijaber terkemuka Indonesia, ketika kita berdoa, harusnya kita menggabungkan antara harapan dan keikhlasan. Betapa seringnya kita meminta kepada Allah, lalu menggantungkan harapan kita kepada-Nya, tapi ketika pinta kita belum diwujudkan kita masih ngeyel. Masih menganggap hal yang kita harapkan itu baik bagi kita. Kita jadi terlupa firmanNya, asaa an tuhibbu syaian wa huwa syarrun lakum. Boleh jadi, kalian mencintai sesuatu, padahal hal itu buruk bagi kalian. Huhu

Dan juga, aku juga sebenarnya takut. Aku takut kalau seandainya aku diterima hanya karena hafalan Quranku. Emang buat apa sih sebenarnya hafal Al Qur’an? Buat mencari ridho Allah, atau biar diterima di PTN Idaman? Astaghfirullah. Mungkin dengan tidak diterima, Allah ingin memberi kesempatan aku menjaga niatku untukNya, hanya untukNya.

Kedua, aku jadi bisa belajar menginsyafi lagi, agar tidak terlalu berharap kepada selainNya. Aku berharap dengan SNMPTN, ada banyak kebaikan yang bisa kupetik. Bukankah selayaknya kebaikan digantungkan hanya padaNya? Dan sekali lagi, aku merasa bersalah.

Ketiga, dengan ini aku jadi terbangun. Betapa hati ini belum siap untuk menerima karunia yang besar. Mungkin saja, aku bakalan jadi terbang, lupa daratan, merasa ujub dan takabbur saat aku diterima saat ini. Hati kecil mungkin belum siap untuk menjaga hati agar tidak memamerkan kelebihan diri. Ahh, betapa bersyukurnya, ternyata keburukan ini tak sempat kulakukan.

Dan terakhir, bisa belajar menerima sesuatu yang tidak diharapkan. Ahaha. Alhamdulillah, sekarang udah berkurang satu beban. Maka, dengan sedikit coretan ini, aku minta doa dari kalian, doa yang gak perlu tertulis di kolom komentar, doa yang tak perlu tersebut di linimasa, hanya doa yang terlantun di simpuh dan sujud, di keheningan malam yang sunyi. Syukron lakum wa jazaakumullah khoiron katsiron. :)

[Dan alhamdulillah, ada satu ikhwah dari pasukan langit yang diterima di teknik sipil Universitas Brawijaya via jalur ini]

Klaten, 20 Rajab 1436H

Al faqir ilallah

Huda S Drajad

ketika UN kelar

02/05/15

Beberapa hari yang lalu, aku dan berjuta pelajar di Indonesia udah kelar dari UN. Kayak orang ketiban duit kertas runtuh -karena durian runtuh terlalu mainstream dan juga menyakitkan-, rasanya tuh sesuatu banget.

Berbicara tentang UN, berarti kita berbicara tentang pelajaran, tentang log dan bagaimana bentuk inversnya, tentang Fasciola Hepatica dan di mana fase Mirasidiumnya, tentang radioaktif dan untuk apakah ia, dan tentang toluena dan seberapa besar cintaku padanya. Oke, aku rada ngelantur.

Hidup sebenarnya indah, seindah sekolah 3 tahun yang ditentukan dalam 3 hari. Dan sayang keindahan itu kini sirna. Dan kita patut bersyukur, meski keindahan itu telah tiada, namun kita masih bisa mencecap manisnya. Masih ada kok kabar bahwa soal UN bocor di beberapa daerah, tentang kabar UN mau diulang, dan kabar bahwa sebagian siswa tidak bisa mengerjakannya. Manis kan?

Kenapa manis? Yah, semua hal itulah yang bakal kita rindukan suatu saat nanti, ketika mungkin kita diberi kesempatan menginjakkan kaki di luar negeri jauh dari ibu pertiwi. Ketika mungkin suatu saat hidup akan menjadi membosankan, dimana saluran televisi kehabisan bahan untuk diberitakan, hingga kita selalu bangga untuk berkata, “Indonesia tanah air beta, pusaka abadi tak jaya.”

Nah, dari berjuta pelajar di Indonesia, berjuta pula ekspresi mereka setelah kelar dari UN. Ada yang langsung sujud syukur, ada yang berkemah, bercengkrama, dan bertadabbur alam, ada pula yang langsung kembali ke kota kelahiran, bertemu sanak saudara dan berkesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tua. Eh, itu anak-anak pasukan langit ding :P

Ada mereka yang biasa-biasa saja, keep calm and simple, ada mereka yang berbahagia karena bisa berlibur kemana saja, tapi yang menyedihkan, ada mereka yang terjatuh setelah mendaki begitu tingginya. Miris banget, waktu tahu ada sekelompok pelajar di Kendal berzina ria setelah UN selesai, dan lebih miris waktu lihat video splash after class, wew, sekelompok pelajar ngajak pesta bikini. Sayangnya, acaranya dibatalkan. Padahal aku pengen ikut loh, eh.

Beberapa dari kami pun terlena loh, seolah-olah UN selesai berarti perjuangan selesai. Padahal enggak kan coeg? Misalnya, masih ada tugas buat daftar di PTN idaman. Belum lagi perjuangan pas kuliah kelak, perjuangan buat skripsi, perjuangan mencari nafkah, perjuangan menikah, dan perjuangan-perjuangan selanjutnya.

Kalau mau sedikit merenung, sebenarnya hidup hanyalah kumpulan dari ujian-ujian dan perjuangan. Dan UN, hanyalah satu keping kecil dari rangkaian puzzle kehidupan. Aku jadi teringat pesan Syaikh Abdul Karim ketika tahsin surah Al Balad. Inna kholaqnal insaana fii kabad. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan berpayah-payah. Maksudnya, emang udah fitrohnya manusia buat berpayah-payah, gak ada waktu buat berfoya-foya, buat berleha-leha, buat berlena-lena. Ada banyak PR yang belum terselesaikan.

Ahh, beta terlalu banyak bercakap, takutnya malah tak bermanfaat. Semoga Allah memberi hidayah, untukku, untukmu, untuknya, untuk mereka, dan untuk kita semua

Klaten, Rajab 1436 H

Al faqir ilallah

Huda S Drajad

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS