“Sebaik-baik manusia, adalah mereka yang paling
banyak manfaatnya”
Hadist
itu singkat, pendek, tapi mengandung banyak hikmah. Itulah karakteristik jawami’ul
kalam Rasulullah, simpel dan gak bertele-tele. Terkadang kita, dan terutama gue
terlalu naif untuk membuat banyak kata yang aneh, padahal mungkin satu kalimat
saja cukup untuk menggambarkannya.
Kembali
lagi. Menjadi manusia itu gak bisa terlepas dari bergantung dan berharap pada
manusia lainnya. Emangnya situ bisa, jahit baju sendiri, nandur padi
sendiri, atau buat pesawat terbang sendiri? Bahkan, untuk lahir dan berada di
dunia pun, kita butuh wasilah dari orang tua kita.
Begitulah..
Maka, menjadi sebuah rahasia umum, sebagaimana yang diberitakan Rasulullah,
sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya.
Manusia
pada umumnya akan segan pada mereka yang memberi manfaat, sekalipun niatnya
salah, sekalipun iman gak terdapat dalam dadanya.. Contohnya kayak dua capres
kita... Entah bagaimana niat mereka, tapi banyak dari kita begitu kagum dan
segan atas kebaikan yang mereka lakukan. Banyak yang tersilaukan dengan
kebaikan yang media gambarkan. Padahal mungkin, dan semoga tidak, niat mereka
gak lebih dari sekedar mencari nama, kekuasaan, dan jabatan.
Maka,
seperti yang selalu ustad gue nasihatkan... Bahwa seseorang yang sedikit
berilmu tapi ia tularkan ilmunya, jauh lebih baik daripada mereka yang banyak
ilmunya, tapi enggan untuk membagikan. Mereka yang punya sedikit kelebihan,
namun selalu ia berikan jauh lebih berharga daripada mereka yang dianggap
multitalent, tapi orientasi hidupnya hanyalah untuk dirinya sendiri.
Emang,
kebahagiaan macam apa sih yang hadir kalau kita hanya bisa merasakannya
sendiri? Kebahagiaan itu hadir saat kita mampu memberi dan berbagi, bukan saat
kita menikmati semua yang diberikan sendiri.
Setelah
itu timbul pertanyaan, ‘gue kagak bisa ngasih apa-apa’.. Cieeh...
Oke,
yang sering kita lupakan, bahwa manfaat gak harus berupa harta atau jabatan
yang membuat bahagia. Segala yang kita miliki bisa menjadi manfaat bagi orang
lain. Segala yang kita berikan bisa menjadi kebahagiaan bagi orang lain. Apapun
itu bentuknya.
Misalnya
nih, saat kita gak bisa membahagiakan ortu dengan prestasi akademik, toh
bukannya ortu bisa bangga jika melihat anaknya berakhlak mulia? Jika kita merasa
yang bisa kita lakukan hanya makan, toh bukannya dalam setiap kegiatan
membutuhkan seksi konsumsi yang bisa jadi referensi tentang makanan? Jika kita
merasa kita gak berguna bagi rakyat Palestina, toh bukannya doa mampu kita
lantunkan dalam setiap sujud kita?
Setiap
dari kita punya potensi untuk memberikan manfaat bagi sesama. Apapun
profesinya, apapun pekerjaan yang kita lakukan. Gak perlu sedih dan minder,
karena banyak lowongan manfaat yang tersedia. Sudah siap buat jadi manusia
paling berharga?