Poligami Tidak Menjamin Surga

04/08/15


Dalam belajar, sebenarnya tidak mengenal ruang dan waktu. Banyak ilmu kita dapatkan dari hal-hal kecil di sekitar kita, bahkan terkadang dari disiplin ilmu lainnya.

Suatu waktu, saya pernah diberi pelajaran filosofis kehidupan oleh salah satu guru. Tentang bagaimana pronoun yang bisa berubah bentuk tergantung di mana ia berada. Seperti hidup, kita punya karakter yang harus kita pertahankan, aku tetaplah aku. I am I. Tapi aku juga bisa beradaptasi sesuai lingkungan, seperti I can be mine, me, or myself, tergantung di mana ia berada.

Pun juga dalam pelajaran kimia, ada banyak pelajaran filosofis yang ada. Ketika berbicara tentang atom emas, kita menyebutnya aurum. Dalam keadaan lain, ada kalanya aurum kita ganti dengan aurat. Tak salah kan kalau kita harus menutupi aurat karena ia emas kita? Barangkali saya terlalu mengada-ada, tapi bukankah tak ada satupun kebetulan di dunia, kecuali telah ditakdirkanNya? :D

Salah satu pelajaran yang sering diceritakan oleh ustadz saya selama masih bujang adalah keadaan atom yang tidak stabil saat ia berdiri sendiri. Beliau selalu bercerita bagaimana atom menjadi stabil setelah ia bergabung menjadi molekul atau senyawa. Seperti manusia, yang selalu labil saat ia masih sendiri, tapi menjadi kuat setelah ada seseorang yang menemani di sisi.

Senyawa atau molekul terkadang bukan hanya terdiri dari dua atom saja, seperti molekul air, yang terdiri dari 2 molekul oksigen dan 1 hidrogen. Begitu pula gas propana yang terdiri dari 4 atom C dan 10 atom H. Manusia pun begitu adanya. Terkadang seorang lelaki tak hanya beristri satu, bisa jadi lebih, tergantung kemampuan yang ia punya. Kita begitu mengenal istilah itu, poligami.

Belakangan ini poligami kembali menjadi trending topic, terutama setelah film “Surga yang Tak Dirindukan”-nya Asma Nadia diluncurkan di pasaran. Pun juga artikel dan tulisan Mbak Asma yang menyinggung tentang poligami mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak. Beberapa waktu yang lalu pun saya juga melihat bagaimana sahabat saya beradu argumen dengan salah seorang muslimah. Ya Rabb, barakallahu fiihima.

Saya ndak pengen membahas tentang film itu, soalnya belum pernah nonton. Hehe. Cuma sekedar mengajak menyimak firman-Nya dalam surat An Nur, “nikahilah mereka yang baik untuk kalian di antara perempuan-perempuan, dua tiga, atau empat.”  Barulah setelah itu Allah menutup dengan “dan jika kalian takut tidak mampu berbuat adil, maka satu”. Jelas dalam konteks di atas, perintah yang pertama ialah poligami, baru kemudian jika tidak mampu berbuat adil maka satu saja cukup. Maka, saya pun meyakini, poligami itu lebih utama.

Dari pemahaman tentang ayat di atas lah yang kemudian menimbulkan pro dan kontra, hingga akhirnya banyak orang yang membenci poligami, pada ia adalah salah satu sunnah Rasulullah yang tak layak untuk dibenci.

Mungkin sedikit kita beralih topik berbicara mengenai syariat Jihad. Jihad merupakan puncak tertinggi dalam Islam dan menjadi salah satu amalan terbaik di dalamnya. Allah pun menjanjikan surga bagi siapa yang mati karenanya. Tapi jihad juga berat, bahkan hal itu pun disebutkan Allah dalam Al Quran. Begitu pula poligami, ia berat, butuh pengorbanan, tapi bukankah untuk merengkuh surgaNya membutuhkan pengorbanan tersebut. Poligami bisa jadi seperti jihad, hanya barangkali jika tak berniat untuknya bukan salah satu tanda kemunafikan, berbeda dengan syariat Jihad.

Tapi bukankah ada masanya orang-orang juga dibolehkan untuk tak berjihad jika mereka tak mampu? Seperti poligami juga. Poligami memang utama, tapi bukanlah sebuah celaan bagi mereka yang tak melakukannya. Karena barangkali mereka masih takut jika berbuat tak adil, masih tak mampu menenangkan hati sang istri, masih belum sanggup mengelola gejolak hati. Barangkali pula ia mempunyai sejuta alasan yang menahan untuk berpoligami dan bercukup diri dengan satu bidadari. Ah,sungguh itu bukanlah sebuah kesalahan baginya. Dan dengan satu, barangkali akan menghadirkan rasa surga di rumahnya yang mungkin tak mampu ia rengkuh dengan selebihnya.

Saya masih meyakini, poligami memang utama dan berniat untuk melaksanakannya. Tapi entah, ketika kelak beristri juga apakah ada hal yang ternyata membuat saya hanya sekedar meniatkan, atau benar-benar melakukannya, hanya Allah-lah Yang Mengetahui segalanya. :)

Nah, di sini saya mengingatkan bagi mereka yang mungkin fanatik dengan poligami, tapi tak belajar dahulu sebelum melakukannya. Ingat, poligami ndak menjamin masuk surga loh! WALLAHI, DEMI ALLAH, POLIGAMI TIDAK MENJAMIN SESEORANG MASUK SURGA! Hla wong jihad, menghafal Al Quran, bersedekah aja bisa menyeret ke neraka jika ia tidak ikhlas karenaNya. Iya kan? Hehe. Karena terkadang ada seseorang yang berpoligami hanya menuruti nafsunya dan tak mampu berlaku mulia pada keluarganya. Maka yang ini patut dihindari.

Kesimpulannya, bagi yang mampu berpoligamilah, namun bagi yang tidak, seyogyanya menahan diri dan bercukup dengan satu, demi kebaikan setiap individu.

Semoga tulisan ringan saya ini bisa menjadi pencerahan. Tak ada alasan yang membolehkan kita untuk mencela syariat ini, pun poligami. Karena apa yang Allah tetapkan ialah kebaikan bagi hambaNya, yang barangkali belum diketahui hikmahnya oleh mereka. Pun bagi yang merasa sanggup dan yakin untuk berpoligami, jangan menyalahkan dan menjelekkan mereka yang belum mampu. Bukankah kullan wa’adAllahu husnan? Bukankah setiap mukmin dijanjikan olehNya kebaikan? Ahh, jika saya salah mohon diluruskan. Wallahu a’lam.

Klaten, 19 Syawal 1436H
Huda S Drajad

NB : Bersebab adanya beberapa ikhwah yang ternyata salah paham dalam memahami artikel saya di atas, mungkin video di bawah bisa dirujuk, lebih jelas pembahasannya insyaAllah :) :) Buat para akhwat, yakin kebahagiaan itu adanya pada Allah, bukan pada manusia yak . Dan mungkin sederhananya, poligami itu kebutuhan. Yang ndak butuh ndak perlu diprovokasi, yang butuh jangan dihalangi. 


 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS