Suatu waktu, saya pernah diberi
pelajaran filosofis kehidupan oleh salah satu guru. Tentang bagaimana pronoun
yang bisa berubah bentuk tergantung di mana ia berada. Seperti hidup, kita
punya karakter yang harus kita pertahankan, aku tetaplah aku. I am I.
Tapi aku juga bisa beradaptasi sesuai lingkungan, seperti I can be mine, me,
or myself, tergantung di mana ia berada.
Pun juga dalam pelajaran kimia,
ada banyak pelajaran filosofis yang ada. Ketika berbicara tentang atom emas,
kita menyebutnya aurum. Dalam keadaan lain, ada kalanya aurum kita ganti dengan
aurat. Tak salah kan kalau kita harus menutupi aurat karena ia emas kita?
Barangkali saya terlalu mengada-ada, tapi bukankah tak ada satupun kebetulan di
dunia, kecuali telah ditakdirkanNya? :D
Salah satu pelajaran yang sering
diceritakan oleh ustadz saya selama masih bujang adalah keadaan atom yang tidak
stabil saat ia berdiri sendiri. Beliau selalu bercerita bagaimana atom menjadi
stabil setelah ia bergabung menjadi molekul atau senyawa. Seperti manusia, yang
selalu labil saat ia masih sendiri, tapi menjadi kuat setelah ada seseorang
yang menemani di sisi.
Senyawa atau molekul terkadang
bukan hanya terdiri dari dua atom saja, seperti molekul air, yang terdiri dari
2 molekul oksigen dan 1 hidrogen. Begitu pula gas propana yang terdiri dari 4
atom C dan 10 atom H. Manusia pun begitu adanya. Terkadang seorang lelaki tak
hanya beristri satu, bisa jadi lebih, tergantung kemampuan yang ia punya. Kita
begitu mengenal istilah itu, poligami.
Belakangan ini poligami kembali
menjadi trending topic, terutama setelah film “Surga yang Tak Dirindukan”-nya
Asma Nadia diluncurkan di pasaran. Pun juga artikel dan tulisan Mbak Asma yang
menyinggung tentang poligami mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak.
Beberapa waktu yang lalu pun saya juga melihat bagaimana sahabat saya beradu argumen
dengan salah seorang muslimah. Ya Rabb, barakallahu fiihima.
Saya ndak pengen membahas tentang
film itu, soalnya belum pernah nonton. Hehe. Cuma sekedar mengajak menyimak
firman-Nya dalam surat An Nur, “nikahilah mereka yang baik untuk kalian di
antara perempuan-perempuan, dua tiga, atau empat.” Barulah setelah itu Allah menutup dengan “dan
jika kalian takut tidak mampu berbuat adil, maka satu”. Jelas dalam
konteks di atas, perintah yang pertama ialah poligami, baru kemudian jika tidak
mampu berbuat adil maka satu saja cukup. Maka, saya pun meyakini, poligami itu
lebih utama.
Dari pemahaman tentang ayat di
atas lah yang kemudian menimbulkan pro dan kontra, hingga akhirnya banyak orang
yang membenci poligami, pada ia adalah salah satu sunnah Rasulullah yang tak
layak untuk dibenci.
Mungkin sedikit kita beralih topik
berbicara mengenai syariat Jihad. Jihad merupakan puncak tertinggi dalam Islam
dan menjadi salah satu amalan terbaik di dalamnya. Allah pun menjanjikan surga
bagi siapa yang mati karenanya. Tapi jihad juga berat, bahkan hal itu pun
disebutkan Allah dalam Al Quran. Begitu pula poligami, ia berat, butuh
pengorbanan, tapi bukankah untuk merengkuh surgaNya membutuhkan pengorbanan
tersebut. Poligami bisa jadi seperti jihad, hanya barangkali jika tak berniat
untuknya bukan salah satu tanda kemunafikan, berbeda dengan syariat Jihad.
Tapi bukankah ada masanya
orang-orang juga dibolehkan untuk tak berjihad jika mereka tak mampu? Seperti
poligami juga. Poligami memang utama, tapi bukanlah sebuah celaan bagi mereka
yang tak melakukannya. Karena barangkali mereka masih takut jika berbuat tak
adil, masih tak mampu menenangkan hati sang istri, masih belum sanggup
mengelola gejolak hati. Barangkali pula ia mempunyai sejuta alasan yang menahan
untuk berpoligami dan bercukup diri dengan satu bidadari. Ah,sungguh itu bukanlah
sebuah kesalahan baginya. Dan dengan satu, barangkali akan menghadirkan rasa
surga di rumahnya yang mungkin tak mampu ia rengkuh dengan selebihnya.
Saya masih meyakini, poligami
memang utama dan berniat untuk melaksanakannya. Tapi entah, ketika kelak
beristri juga apakah ada hal yang ternyata membuat saya hanya sekedar meniatkan,
atau benar-benar melakukannya, hanya Allah-lah Yang Mengetahui segalanya. :)
Nah, di sini saya mengingatkan
bagi mereka yang mungkin fanatik dengan poligami, tapi tak belajar dahulu
sebelum melakukannya. Ingat, poligami ndak menjamin masuk surga loh! WALLAHI,
DEMI ALLAH, POLIGAMI TIDAK MENJAMIN SESEORANG MASUK SURGA! Hla wong jihad,
menghafal Al Quran, bersedekah aja bisa menyeret ke neraka jika ia tidak ikhlas
karenaNya. Iya kan? Hehe. Karena terkadang ada seseorang yang berpoligami hanya
menuruti nafsunya dan tak mampu berlaku mulia pada keluarganya. Maka yang ini
patut dihindari.
Kesimpulannya, bagi yang mampu
berpoligamilah, namun bagi yang tidak, seyogyanya menahan diri dan bercukup
dengan satu, demi kebaikan setiap individu.
Semoga tulisan ringan saya ini
bisa menjadi pencerahan. Tak ada alasan yang membolehkan kita untuk mencela
syariat ini, pun poligami. Karena apa yang Allah tetapkan ialah kebaikan bagi
hambaNya, yang barangkali belum diketahui hikmahnya oleh mereka. Pun bagi yang
merasa sanggup dan yakin untuk berpoligami, jangan menyalahkan dan menjelekkan
mereka yang belum mampu. Bukankah kullan wa’adAllahu husnan? Bukankah setiap
mukmin dijanjikan olehNya kebaikan? Ahh, jika saya salah mohon diluruskan. Wallahu
a’lam.
Klaten, 19 Syawal 1436H
Huda S Drajad
NB : Bersebab adanya beberapa ikhwah yang ternyata salah paham dalam memahami artikel saya di atas, mungkin video di bawah bisa dirujuk, lebih jelas pembahasannya insyaAllah :) :) Buat para akhwat, yakin kebahagiaan itu adanya pada Allah, bukan pada manusia yak . Dan mungkin sederhananya, poligami itu kebutuhan. Yang ndak butuh ndak perlu diprovokasi, yang butuh jangan dihalangi.