Ada yang Tidak Kita Ketahui

29/03/18

"Dik, tolong besok ketemu sama saya buat bahas acara minggu depan ya"
"Mas, minta tolong dong besok malam tentiran. Masih bingung nih materinya"
"Gais, minta tolong ya buat bikin laporan tutorial. Besok pagi harus segera selesai nih"
"Buat AAI besok jangan lupa ya tugas buat wawancara ke petugas parkir di warung yang kalian singgahi"

Betapa kali sih kita sering mendapatkan hal-hal seperti itu. Apalagi mungkin ketika berhubungan sama orang lain, seringkali ada hal-hal mendadak atau mungkin ndak mendadak yang mengganggu dan mengusik ketenangan kita.

Seperti saat udah pengen masuk kuliah setelah lama ga pernah masuk, tiba-tiba disuruh ketemu dan rapat sama pimpinan, bahas hal yang sebenarnya juga bukan urusanmu, dan kamu juga gak dapat keuntungan darinya. Ditambah lagi besoknya ujian, kadangkala terbesit dalam hati pengen mengumpat dan bilang, "Jangan seenaknya dong, mentang mentang dosen, mentang-mentang senior, terus suka nyuruh seenak jidat". Tapi akhirnya cuma menjadi bersitan sesaat seraya sadar harus banyak-banyak beristighfar.

Sering juga pas udah mau istirahat setelah mungkin diforsir buat acara sebelumnya, atau ingin belajar buat mempersiapkan esok hari, tiba-tiba malah diminta ngajar. Uh banget gak sih. Kadang pengen berkeluh kesah, "dikira urusanku cuma ngajar kalian, mbok kalian itu juga sadar diri. Aku juga punya urusan yang harus kukerjakan". Tapi lagi-lagi terhenyak terus diiringi banyak-banyak istighfar.

Dan masih ada banyak hal dalam hidup kita yang barangkali padanya kita merasa berat. Terus ketika hal itu sudah terjadi, kadangkala terbesit, kok berat banget sih, bikin males. Yaudah aku pergi aja, wong ya kegiatan ini gak bermanfaat buatku.

Deng terengteng teng..

Mungkin kita lupa pada kisah Nabi Ibrahim pas disuruh ninggalin Hajar dan Ismail di Padang Tandus itu. Atau mungkin kisah Nabi Ibrahim pas setelah sekian lama berpisah dengan mereka, lalu tiba-tiba disuruh buat menyembelih anak laki-laki yang selama ini dirindukannya. Kata siapa hal itu gampang. Berat to ya, kan Nabi juga manusia. Bahkan beratnya itu bukan cuma sekedar malas kayak kita, tapi lebih dari itu, bahkan berat dari hati nurani manusia.

Tapi pada akhirnya perintah itu tetap dilaksanakan, meskipun dengan hati yang berat, meskipun harus dengan mata yang terpejam. Karena perintahnya adalah sebuah keharusan.

Mungkin perintah atau permohonan yang diajukan pada kita tak sewajib yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim. Tapi selayaknya bagi kita untuk belajar dari beliau tentang arti dari keikhlasan yang hakiki itu sendiri. Betapa kadangkala keikhlasan perlu dihadirkan bukan dari jalan yang lapang, tapi juga rasa berat, dada sesak, dan mata yang terpejam.

Karena kalau memang ujian itu mudah, darimana akan terasa kalau itu ujian? Karena ajakan dari atasan, perintah dari kakak asisten, permohonan dari adik-adik, ajakan dari kawan-kawan kita barangkali tak pernah mengusik nurani kita kecuali hanya sekedar kemalasan yang bersemayam. Lalu patutkah kita mengeluh atasnya?

Karena kita mungkin tidak pernah tahu, barangkali dari rapalan doa-doa merekalah hidup kita dimudahkan. Karena kita mungkin tak pernah sadar, barangkali senyum-senyum dan pencapaian mereka bersebab kitalah, yang membuat urusan kita dilancarakan. Karena mungkin kita takkan pernah mengerti, bahwa barangkali orang yang kita anggap merepotkan, adalah mereka yang paling banyak mengucurkan air matanya untuk kita, mengharapkan kebaikan, mengharapkan keberkahan, memohon ampunan dan dosa dari lubuk hati yang terdalam.

Lalu tidaklah kita merasa malu, selalu tergesa untuk berhenti berbuat baik padahal barangkali ada banyak kebaikan yang tak kita ketahui?

Kos Al Fatih, 29.3.2018
Huda S Drajad
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS