Al Hajib Al Mansur dan keajaibannya

22/05/14



Assalamu’alaikum
Gimana kabar akhi? Setelah sekian lama berkutat dengan tugas tugas yang ada di pondok, akhirnya gue bisa menulis seperti sedia kala. Sebenernya sih, besok Sabtu mulai ujian tahfizh, Cuma karena dorongan dari sahabat gue, gue jadi semangat buat bikin artikel lagi.
Kemarin, ustad Budi Ashari ke ma’had gue lagi, ngisi dauroh buat para asatidzah. Karena sekolah libur, gue coba manfaatin buat desain ulang blog ini. Yeyey
Oke, kembali ke topik utama. Tadi pagi, beliau juga ngasih cerita. Tentang keajaiban mimpi seorang tukang ojek. Penasaran?? Oke, check it bray
***
Namanya adalah Muhammad bin Abi Amir, atau yang lebih terkenal dengan Al Hajib Al Mansur. Dia adalah kholifah yang masyhur kedua di Andalus setelah Abdurrahman Ad Dakhili. Tapi tahukah kalian, sebelum menjadi kholifah sebenarnya dia adalah seorang tukang ojek?
Ya, Muhammad bin Abi Amir awalnya hanyalah seorang khammar. Seseorang yang menyewakan keledainya. Istilah kita sekarang ojek keledai. Dan keadaannya saat itu bisa dibilang sederhana. Banget.

Dia tinggal di salah satu kos-kosan di sudut negeri Andalus. Kosnya terdiri dari 2 lantai, lantai bawah untuk sang pemilik rumah, dan lantai atas untuk “anak kos”. Dia juga tidak sendirian, karena bersamanya ada teman-temannya sesama pengojek. Bernasib sama, sama-sama miskin, sama-sama kurang duit, pokoknya kurang lah. Dan seumur hidupnya, belum pernah sekalipun mereka menyentuh yang namanya uang dinar.

Suatu malam, habis kerja dia bertanya kepada temannya. “Seandainya aku jadi kholifah, apa yang akan kau minta dariku?”. Temannya pun tertawa. Mungkin batinnya “Plis deh, ni anak udah gila. Tukang ojek aja pengen jadi kholifah. Mimpi kali ye”. Dikiranya Muhammad lagi linglung karena seharian bekerja. Tapi Muhammad terus memaksa temannya.

Setelah dipaksa sekian lama, akhirnya berkatalah temannya yang pertama. “Seandainya engkau jadi kholifah, aku ingin sebuah istana yang megah, lengkap dengan isi-isinya. Baik pengawal, penjaga, bodyguard (apa bedanya?-_-) dan pelayan-pelayannya, serta taman yang hijau. Aku juga ingin seribu dinar emas.” Temannya minta yang aneh-aneh, karena dia menganggap hal itu hanya sekedar guyonan.

Beda lagi dengan teman yang satunya. Permintaan jauh lebih aneh. “Seandainya engkau jadi kholifah, aku ingin engkau melelerkan cairan di mukaku, yang bisa membuat semua lalat menghinggapiku. Aku juga akan menunggang keledai ke pasar dengan menghadap belakang, dan kau menyuruh semua anak di kota meneriakiku orang gila-orang gila.” Parahe puol..

Singkat cerita berlalulah malam itu. Dan negeri Andalus membuka lowongan buat jadi polisi. Iseng-iseng Muhammad nyoba daftar dan ternyata diterima. Akhirnya berhentilah ia dari ngojek dan melaksanakan tugas barunya sebagai seorang polisi.

Dan ternyata, ada rahasia yang membedakan dia dengan temannya. Jadi, setiap harinya setelah selesai narik, dia pergi ke masjid Agung Kordoba, dan mengikuti taklim disana. Dari situlah keajaiban ini bermula.

Suatu ketika, salah seorang komandan polisi takjub melihat keuletan dan kerajinan Muhammad. Diapun akhirnya menyuruhnya untuk mendisiplinkan polisi-polisi yang pada saat itu pada bermalas-malasan dalam bekerja. Ia lalu berbahagia. Dan suatu ketika, ia melihat komandannya tadi gak bekerja dengan sungguh-sungguh. Ia peringatkan komandannya, dan Komandannya pun gak trima. Terjadilah konflik. Crash. Akhirnya kabar itu terdengar oleh komandan yang lebih tinggi. Dan Muhammad pun, mulai terangkat karirnya, dari seorang prajurit kroco, hingga seiring berjalannya waktu mampu menjadi ‘Kapolri’nya Andalus.

Pada saat dia menjadi ‘Kapolri’, sang kholifah meninggal dunia. Jika menurut pada sistem, seharusnya anaknya lah yang berhak menggantikan sang kholifah. Tapi ternyata, anak kholifah yang paling besar masih berumur 10 tahun. Hal itu tidak memungkinkan baginya untuk menjadi kholifah.

Para rijalusy Syuro, ahlul hal wal ‘aqd akhirnya rapat pleno besar-besaran. Dan diputuskan, kholifah resminya tetap anak tersebut, tapi jalannya roda pemerintahan sesungguhnya dipegang oleh orang lain. Mereka lalu menentukan berbagai syarat sebagai standar kelayakan seorang penjaga kholifah. Setelah diseleksi, munculah 3 nama. Seorang menteri, seorang jenderal militer, dan Muhammad sang ‘Kapolri’.

Setelah diseleksi lagi, singkat cerita akhirnya Muhammad terpilih menjadi pengawal kholifah dan dia mulai dijuluki sebagai Al Hajib Al Mansur. Seorang penjaga yang ditolong. Lambat laun, Andalusia kembali menuju masa kejayaan kembali di masanya, dan dia mampu merebut hati rakyat Andalus hingga akhirnya dia diangkat menjadi kholifah yang resmi.

Setelah menjadi kholifah, ia teringat akan janjinya kepada kedua temannya. Disuruhnya pengawalnya untuk memanggil kedua pengawalnya. Kedua temannya saat ditemui pun bingung, begitu juga sang pengawal. Tapi karena ini adalah panggilan kholifah, mereka terpaksa harus menaatinya.

Mereka memasuki istana dengan menunduk. Biasa, mereka bisa dibilang udik, kampungan, atau ndeso. Dan mereka belum mengetahui kalau ternyata sang kholifah adalah temannya sendiri, karena Muhammad bin Abi Amir lebih terkenal dengan gelarnya Al Hajib Al Mansur.

Seraya tersenyum, Sang kholifah lalu memanggil keduanya “Masih ingatkah kalian denganku kawan? Aku adalah Muhammad, ya Muhammad bin Abi Amir, teman kalian sekosan dahulu”. Kedua temannya saling berpandangan tidak percaya. “Dan sekarang aku akan memenuhi janjiku, karena tidak pantas bagi seorang pemimpin untuk menghianati janjinya”. Dan akhirnya ia benar-benar memberikan apa yang kedua temannya ini minta dahulu. Yang satu ia berikan sebuah istana beserta isinya dan uang seribu dinar, sedang yang satunya ia arak ke pasar dengan teriakan orang gila dari para anak-anak.
***
Begitulah kisah yang diceritakan oleh Ustad Budi Ashari tadi pagi. Wallahu a’lam dengan, tapi beliau mengatakan ini adalah kisah yang masyhur. Dan ini kisah yang super inspiratif. Wallahi. Afwan kalau kurang 'ngeh', mungkin kalian bisa baca kisahnya di siroh, lalu bercerita lebih wah daripada gue (:

Oke kembali. Intinya, jangan meremehkan angan-angan. Siapa sangka angan-angan seorang tukang ojek untuk menjadu kholifah bisa terwujud? Siapa sangka permintaan istananya kepada temannya yang berangan-angan mampu menjadi kenyataan? Dan siapa sangkan peremehannya pada angan-angan temannya mampu menjadi kenyataan pula? Begitulah logika langit bekerja. Ajaib.

Maka, pesan cerita di atas, berangan-anganlah yang tinggi lalu beramalah. Karena apa yang jadi dongeng bagi manusia, bisa terwujud di tangan mereka yang mau bekerja dan percaya janji-Nya. “i’maluu fakullun muyassarun lima khuliqo lah”. Bekerjalah karena setiap orang akan dipermudah untuk menggapai takdir mereka. Dan Muhammad bin Abi Amir telah bekerja untuk mewujudkan takdirnya menjadi seorang khalifah. Kapankah kita?

Pesan kedua, jangan remehkan cita-cita orang di sekitar kalian. Mungkin awalanya hanya obrolan ringan di kamar atau di kelas, tapi kita tidak tahu jika suatu saat obrolan yang ‘GJ’ itu suatu saat bisa menjadi kenyataan.

Maka, gue mohon doa dan supportnya, supaya gue bisa mewujudkan cita-cita gue. Kuliah di Madinah dan Jerman, lalu bisa buat ma’had Isy Karima Furu’i di Jerman, dan mampu buat rumah sakit yang gratis, bahkan ‘nyangoni’ pasiennya saat dia kembali.
Dan doakan juga, biar angkatan kami di Isy Karima mampu melewati ujian tahfizh kelak dan mampu jadi angkatan pertam yang setoran 30 juz. Amin. Bismillah C:

Lalu apa impianmu???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS