Selamat
ulang tahun cinta. Semoga rahmat dan berkahNya selalu tercurahkan
kepada engkau. Semoga engkau bisa menjadi wanita sholehah yang bermanfaat bagi
Islam, keluarga, dan sanak saudara. Semoga di sisa umur, engkau selalu diliputi
cintaNya dan dianungi kasih sayangNya.
Salam sayang, Huda
Kata-kata itu
hanya bisa kupendam dalam-dalam. Kata-kata itu hanya kupendam dalam salah satu
memoar batinku. Sungguh aku tak mampu dan tak mau mengirimkannya padamu.
Biarlah kau tiada tahu, karena aku takut bersebab kata ini, perasaanmu berubah
padaku.
Pagi hari aku
terbangun dari mimpi indahku. Ku buka hp dan kudapati pemberitahuan menarik di
berandaku. Kau berulang tahun hari ini. Dan aku pun tersenyum. Sungguh, aku
ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan ‘barakallah fii umriki’
yang pertama, namun hal itu urung kulakukan. Aku tersenyum, ternyata selama ini
aku salah mengahafal tanggal lahirmu.
Aku ingin
menjadi yang pertama yang mengucapnya langsung untukmu, meski mungkin aku
bukanlah lentera yang paling bersinar di hatimu. Aku ingin bersegera
mengungkapkannya, meski mungkin bukan itu yang kau harapkan di hari spesialmu.
Tapi lagi-lagi aku tak mampu, dan tak mau untuk melakukan semua itu.
Dan kau tahu,
ketika aku mengintip akunmu, kudapati beberapa lelaki memberi selamat atasmu.
Kau tahu, saat itu api cemburu membakarku. Ya, aku cemburu. Tapi sekali lagi,
tiadapun rasa itu bisa kupermasalahkan, karena kau bukan siapaku, dan aku bukan
siapamu.
Aku cemburu
dengan kata yang mampu mereka tuliskan, meski kata itu sederhana. Bukan
nyanyian, bukan sajak, bukan puisi, tapi hanyalah kata sederhana yang
bersahaja. Aku cemburu, meski mungkin, bukan kata mereka juga yang kau pinta.
Aku ingin
memberimu sesuatu yang spesial. Aku ingin menjadi yang spesial di hatimu, aku
ingin menjadi lentera paling bercahaya di matamu dengan sesuatu itu. Aku
berpikir dan mencarinya, tapi sekali lagi aku menyerah. Kurasa segala yang
terlintas di benakku tiada cukup untuk kuberikan padamu.
Rangkaian
bunga? Rampaian puisi? Rumbaian sajak? Atau mungkin buku yang menarik bagimu?
Ahh, bukan, bukan. Aku urungkan niat untuk memberikannya. Aku takut mawaddah
kita tercipta sebelum saatnya. Tapi aku lebih takut, saat kuberikan salah
satunya, justru bukan mawaddah yang tercipta, tetapi orok dan nanah yang
membuat luka.
Maka, sekali
lagi kumantapkan hatiku. Kurasa ada sesuatu yang lebih layak untuk kuberikan.
Doa, ya doa. Kulantunkan doa mesra untukNya bagimu. Agar engkau dilindungiNya,
agar engkau selalu Dia beri cahaya, agar kau dan aku bisa kembali dipertemukanNya,
setidaknya kelak di surga.
Biarlah doa ini
kulantun dalam diam, tanpa sepengetahuanmu. Biarlah hanya aku dan Dia yang
tahu, seberapa cinta aku padamu.
Yang berharap cinta-Nya
dan cinta orang yang mencintaiNya
Huda S Drajad
[Pada akhirnya aku mem-publish
tulisan ini di hari ulang tahunku, agar kau tidak merasa yang kumaksud itu
kamu. Lagipula, tiada istilah hari ulang tahun dia agama kita kan? :)]