Alhamdulillah sobat, hari ini gue bisa buat
artikel spesial 18 tahun hidup gue di dunia. Sebuah artikel yang mungkin bakal
jadi bahan muhasabah bagi kita, gue dan elu. Gue udah jauh-jauh hari ngrancang
buat artikel ini, dan alhamdulillah lagi, pas gue lagi bingung ada ustad Budi
Ashari ngasih dauroh singkat ke kami tentang ‘Fityah’.
Fityah? Apaan itu fityah? Gue awalnya juga
bingung. Jujur, walaupun gue itu ketua divisi bahasa di Isy karima, tapi gue
baru tahu kalo fityah itu jamak dari fata dari tausiyah kemaren. Ya, fata,
pemuda. Kata fityah beliau pilih karena disebutkan di dalam Al Qur’an. Surat Al
Kahfi ayat 13.
Surat tersebut bercerita tentang sekelompok pemuda
yang tinggal di gua selama 300 tahun masehi, atau 309 tahun qomari. Merekalah
pemuda, yang bersembunyi untuk mempertahankan dien dan tauhid mereka.
Mempertahankan apa yang mereka yakini. Dan subhanallah, Allah mengabadikan nama
mereka di dalam Al Qur’an. Allah ingin nama mereka abadi hingga hari Kiamat.
Allah ingin, kita mengambil pelajaran dari apa yang telah mereka lakukan.
Selain ayat di atas, Allah juga menyebut kata fata
di 3 tempat lain di Al Qur’an, diantaranya :
Pertama, Surat Al Kahfi ayat 62
Ayat ini bercerita tentang kisah Nabi Musa yang
sedang mencari hikmah. Dan dalam perjalanan beliau tersebut, beliau ditemani oleh
seorang pemuda yang selalu menyertainya. Kalo kata Ibnu Katsir dia Yusya’ bin
Nur. Pemuda yang menghabiskan waktunya untuk bermujalasah dengan ulama. Pemuda
yang kelak akan membawa Bani Israil kelak ke bumi Muqoddasah, tanah yang Allah
janjikan untuk mereka.
Kedua, Surat Yusuf ayat 36
Ayat ini bercerita tentang Nabi Yusuf yang
dimasukkan ke penjara bersama dua orang pemuda. Kita disini gak bahas apa yang
dilakukan pemuda tadi sehinnga mereka dimasukkan penjara. Enggak. Tapi kita
lihat sekilas aja, ternyata mereka berdua udah bisa jadi orang penting (pelayan
raja) di usia mereka yang masih muda.
Ketiga, Surat Al Anbiya’ ayat 60
Cukup gamblang di dalam Al Qur’an, menceritakan
kisah kaum nabi Ibrahim yang kebingungan melihat alihah mereka hancur. Melihat
patung-patung yang mereka agungkan remuk, menyaksikan sesembahan mereka rata
dengan tanah. Dan mereka bertanya-tanya, siapakah gerangan yang melakukan semua
ini? Dan salah seorang diantara mereka menjawab “Kita mendengar dia adalah
seorang pemuda yang bernama Ibrahim.”
Ya, pelakunya ialah Nabi Ibrahim, sang
Kholilullah. Ia adalah sosok yang didaulat menjadi uswah hasanah kita. Ialah
yang berani menentang kemusyrikan sejak masa mudanya. Ialah yang menghempaskan
kaumnya dengan logika yang indah, dan ialah yang mengajak ayahnya kepada
Rabbnya dengan penuh kasih dan cinta.
Begitulah, potret pemuda yang diabadikan di dalam
Al Qur’an. Sosok mereka begitu agung. Merekalah yang mulia di masa mudanya.
Merekalah yang mulia dengan kebaikan yang mereka lakukan di masa awal hidup
mereka.
Sejujurnya gue malu, ngomong banyak tentang
pemuda, karena gue terlalu jauh dari mereka. Karena gue terlalu jauh dari
kriteria pemuda Al Qur’an. Sungguh. Tapi disini gue berusaha menyampaikan biar
kita bisa bermuhasabah bareng. Bira kita sadar, kualitas diri kita sekarang. Dan
satu pe er lagi buat kita, untuk meningkatkan kualitas diri, menjadi seperti
pemuda-pemuda yang disebutkan di dalam Al Qur’an.
BERSAMBUNG, Insya Allah...
* Karna gue malu, di usia 18 ini, belom bisa
berbuat banyak, tapi paling enggak semoga artikel di 18 tahun hidup gue ini,
bisa buka mata kita tentang sosok pemuda ideal, bisa menyadarkan kita buat
kembali mempelajari sejarah^^. Agar tercipta karakter manusia langit. Oh ya,
hari ini InsyaA gue juga bakal ngepost satu artikel lagi. Jazakallah :))