Fityah (1)

25/02/14

Alhamdulillah sobat, hari ini gue bisa buat artikel spesial 18 tahun hidup gue di dunia. Sebuah artikel yang mungkin bakal jadi bahan muhasabah bagi kita, gue dan elu. Gue udah jauh-jauh hari ngrancang buat artikel ini, dan alhamdulillah lagi, pas gue lagi bingung ada ustad Budi Ashari ngasih dauroh singkat ke kami tentang ‘Fityah’.

Fityah? Apaan itu fityah? Gue awalnya juga bingung. Jujur, walaupun gue itu ketua divisi bahasa di Isy karima, tapi gue baru tahu kalo fityah itu jamak dari fata dari tausiyah kemaren. Ya, fata, pemuda. Kata fityah beliau pilih karena disebutkan di dalam Al Qur’an. Surat Al Kahfi ayat 13.
Surat tersebut bercerita tentang sekelompok pemuda yang tinggal di gua selama 300 tahun masehi, atau 309 tahun qomari. Merekalah pemuda, yang bersembunyi untuk mempertahankan dien dan tauhid mereka. Mempertahankan apa yang mereka yakini. Dan subhanallah, Allah mengabadikan nama mereka di dalam Al Qur’an. Allah ingin nama mereka abadi hingga hari Kiamat. Allah ingin, kita mengambil pelajaran dari apa yang telah mereka lakukan.

Selain ayat di atas, Allah juga menyebut kata fata di 3 tempat lain di Al Qur’an, diantaranya :

Pertama, Surat Al Kahfi ayat 62
Ayat ini bercerita tentang kisah Nabi Musa yang sedang mencari hikmah. Dan dalam perjalanan beliau tersebut, beliau ditemani oleh seorang pemuda yang selalu menyertainya. Kalo kata Ibnu Katsir dia Yusya’ bin Nur. Pemuda yang menghabiskan waktunya untuk bermujalasah dengan ulama. Pemuda yang kelak akan membawa Bani Israil kelak ke bumi Muqoddasah, tanah yang Allah janjikan untuk mereka.

Kedua, Surat Yusuf ayat 36
Ayat ini bercerita tentang Nabi Yusuf yang dimasukkan ke penjara bersama dua orang pemuda. Kita disini gak bahas apa yang dilakukan pemuda tadi sehinnga mereka dimasukkan penjara. Enggak. Tapi kita lihat sekilas aja, ternyata mereka berdua udah bisa jadi orang penting (pelayan raja) di usia mereka yang masih muda.

Ketiga, Surat Al Anbiya’ ayat 60
Cukup gamblang di dalam Al Qur’an, menceritakan kisah kaum nabi Ibrahim yang kebingungan melihat alihah mereka hancur. Melihat patung-patung yang mereka agungkan remuk, menyaksikan sesembahan mereka rata dengan tanah. Dan mereka bertanya-tanya, siapakah gerangan yang melakukan semua ini? Dan salah seorang diantara mereka menjawab “Kita mendengar dia adalah seorang pemuda yang bernama Ibrahim.”
Ya, pelakunya ialah Nabi Ibrahim, sang Kholilullah. Ia adalah sosok yang didaulat menjadi uswah hasanah kita. Ialah yang berani menentang kemusyrikan sejak masa mudanya. Ialah yang menghempaskan kaumnya dengan logika yang indah, dan ialah yang mengajak ayahnya kepada Rabbnya dengan penuh kasih dan cinta.
Begitulah, potret pemuda yang diabadikan di dalam Al Qur’an. Sosok mereka begitu agung. Merekalah yang mulia di masa mudanya. Merekalah yang mulia dengan kebaikan yang mereka lakukan di masa awal hidup mereka.

Sejujurnya gue malu, ngomong banyak tentang pemuda, karena gue terlalu jauh dari mereka. Karena gue terlalu jauh dari kriteria pemuda Al Qur’an. Sungguh. Tapi disini gue berusaha menyampaikan biar kita bisa bermuhasabah bareng. Bira kita sadar, kualitas diri kita sekarang. Dan satu pe er lagi buat kita, untuk meningkatkan kualitas diri, menjadi seperti pemuda-pemuda yang disebutkan di dalam Al Qur’an.

BERSAMBUNG, Insya Allah...

* Karna gue malu, di usia 18 ini, belom bisa berbuat banyak, tapi paling enggak semoga artikel di 18 tahun hidup gue ini, bisa buka mata kita tentang sosok pemuda ideal, bisa menyadarkan kita buat kembali mempelajari sejarah^^. Agar tercipta karakter manusia langit. Oh ya, hari ini InsyaA gue juga bakal ngepost satu artikel lagi. Jazakallah :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS