“France cannot be destroyed. She is an old country who, despite her
misfortunes, has, and always will have, thanks to her past, a tremendous
prestige in the world, whatever the fate inflicted upon her.”
-Pierre Laval
Karir mantan perdana menteri tersebut memang telah mencapai
antiklimaks setelah dihukum mati dengan tuduhan penghianat yang
tersemat. Akan tetapi, kata-kata sakti itu akan terus bersemayam di
benak orang Perancis, setidaknya sampai hari ini. Hari bersejarah bagi
Eropa dan dunia.
Oke, yang ini Huda sok tahu.
Tetapi memang, quote tersebut bisa mewakili kondisi Perancis saat
ini. Bermain di depan publik sendiri, dengan dukungan penuh, tetapi
ternyata dewi keberuntungan belum berada di pihak mereka. Adalah sejak
menit-menit awal Portugal mampu memenangkan hati dunia, bersebab sang
Kapten yang dilanggar oleh seorang pemain yang sedang dipuja. Dan
akhirnya, sang pemain, Payet pun menjadi bahan bully-an di media massa
bersebab satu kesalahan tersebut. Sungguh, sebuah kesalahan yang
mengubur berbagai peristiwa fenomenal.
Tercatat, tujuh tembakan dari tim berjuluk les bleus itu menemui
sasaran. Pun mistar gawang masih menjadi benteng kokoh yang menghalangi
kemenangan tuan rumah. Hingga kegemilangan mereka di babak penyisihan
menjadi terlupakan. Semoga penduduk Perancis teringat dengan quote ini.
Sedangkan berdiri di sisi protagonis timnas Portugal, dengan segala
keterbatasan. Dengan sebuah tekanan hebat setelah megabintang mereka
harus keluar dengan linangan air mata. Sungguh sebuah kehilangan yang
besar. Akan tetapi mereka tak mau berlarut. Portugal terus berupaya
berjuang, dengan semangat sang Kapten yang dititipkan pada
rekan-rekannya.
Hingga akhirnya drama hari ini pun berakhir dengan gol semata wayang
Eder yang menggetarkan jala timnas Perancis. Penonton bersorak, baik
yang di lapangan, maupun yang menonton dari balik layar. Semua telah
menganggap Perancis sebagai tokoh antagonis, dan menganggap kemenangan
ini sebagai kemenangan bersama. Pun saya yakin, seandainya Portugal
kalah akan segera bermunculan meme yang berkata ‘France won the Cup,
Ronaldo won our hearts’. Meski akhirnya prediksi saya terbantahkan.
Maka berbicara tentang Portugal, saya jadi teringat kisah itu. Sebuah
kisah ketika Madinah berada pada suasana getir dan duka. Berita
wafatnya Rasul sang Kekasih Mulia menyebar, dan lelaki bertubuh besar
itu tidak percaya, berkeliling seantero Madinah dengan menghunuskan
pedangnya, membuat suasana di hari itu semakin mencekam.
Adalah perbedaannya saat itu Abu Bakar yang menjadi penenangnya.
Terlantunlah ucapan agung itu, 'Barangsiapa yang menyembah Muhammad maka
sesungguhnya Muhammad telah mati, dan barangsiapa yang menyembah Allah
sesungguhnya Allah Maha Hidup lagi Tiada Kan Mati’, seraya membaca surat
Ali Imron ayat 144
Bergetar hebatlah lelaki besar itu, seolah baru mendengar ayat itu
untuk pertama kali. Dan dari kejernihan hati Abu Bakar kita belajar,
bahwa sesungguhnya dakwah ini akan terus berjalan sampai kelak kiamat
tiba.
Dari timnas Portugal kita belajar, bahwa tak layak untuk
menggantungkan harapan pada manusia, sehebat apapun ia. Dari timnas
Portugal kita belajar, bahwa jalan kebaikan haruslah terus berjalan,
meski tanpa tokoh yang dikenal hebat, meski tanpa tokoh yang memiliki
nama, karena kesuksesan dan kebahagiaan akan terwujudkan bagi mereka
yang mau berusaha.
Maka, apakah kita hanya menikmati, atau mau mengambil pelajaran yang berarti?
Psst: ketika membahas masalah ini di grup tadi, ada salah seorang
ikhwah yang bertanya, 'siapakah CR itu?’ Lalu ada kawan yg spontan
menjawab, dia adalah seorang donatur Palestina. Hey, iya. Bahkan
Cristiano Ronaldo dengan dasar kemanusiaan pun mendukung Palestina
dengan harta dan ketenarannya. Lalu sudahkah kita berbuat bagi mereka?
Klaten, 110616
Ditengah suasana hebring Pokemon GO, superfamily100, dan cerita nikahnya ust Salim A Fillah