Emas hitam adalah julukan komoditas utama dari negara tetangga dengan
pendapatan di atas rata-rata. Dengan cadangan yang melimpah, Brunei
Darussalam menjadi sebuah negara kaya yang diimpikan oleh berjuta pasang
mata. Dengan kecukupan sumber daya tersebut, betapa banyak ‘program
tanpa biaya’ yang mendukung kesejahteraan rakyatnya.
180° dengan negara tetangga, entah kenapa dengan jumlah minyak bumi
yang tak kalah sedikit, Indonesia masih saja berputar pada lingkaran
prasejahtera yang tak berujung seperti ini. Berputar pada seputar
masalah kesehatan, pendidikan, mental, dan korupsi. Ah, barangkali
karena para pemangku kebijakan belum memiliki grup WA.
Di sudut bumi lain, juga terdapat sebuah negara yang tak kalah kaya.
Negara yang daerahnya mencangkup dua masjid besar umat Islam. Negara
itu, Saudi Arabia.
Adalah negara ini, awalnya adalah sebuah negara yang biasa. Terkenal
dengan padang pasir dan menggantungkan perekonomian hanya dari
pendapatan Jemaah haji yang datang.
Hingga akhirnya Allah berikan kemakmuran, Allah jaminkan kecukupan,
terlepas dari pro kontra dari negara tersebut, bersebab -kata seorang
ulama- berkah dari dua tanah haram tersebut. Dengan emas hitam yang
terkandung di dalam perutnya, seolah ingin dikatakan pada para pejabat
di Arab, 'tak perlu ragu untuk menjamu tamu Allah, karena telah Allah
jaminkan kecukupan atasnya’.
Akhirnya pun, dadi emas hitam tersebut kini kaum muslimin terfasilitasi untuk berhaji di tanah suci.
Memang, karena apabila Allah menginginkan kebaikan pada hambaNya, tak
sulit bagiNya untuk berkata, 'jadilah. Maka jadilah’. Maka, apakah diri
kita sendiri menginginkan kebaikan tersebut?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)