ketika UN kelar

02/05/15

Beberapa hari yang lalu, aku dan berjuta pelajar di Indonesia udah kelar dari UN. Kayak orang ketiban duit kertas runtuh -karena durian runtuh terlalu mainstream dan juga menyakitkan-, rasanya tuh sesuatu banget.

Berbicara tentang UN, berarti kita berbicara tentang pelajaran, tentang log dan bagaimana bentuk inversnya, tentang Fasciola Hepatica dan di mana fase Mirasidiumnya, tentang radioaktif dan untuk apakah ia, dan tentang toluena dan seberapa besar cintaku padanya. Oke, aku rada ngelantur.

Hidup sebenarnya indah, seindah sekolah 3 tahun yang ditentukan dalam 3 hari. Dan sayang keindahan itu kini sirna. Dan kita patut bersyukur, meski keindahan itu telah tiada, namun kita masih bisa mencecap manisnya. Masih ada kok kabar bahwa soal UN bocor di beberapa daerah, tentang kabar UN mau diulang, dan kabar bahwa sebagian siswa tidak bisa mengerjakannya. Manis kan?

Kenapa manis? Yah, semua hal itulah yang bakal kita rindukan suatu saat nanti, ketika mungkin kita diberi kesempatan menginjakkan kaki di luar negeri jauh dari ibu pertiwi. Ketika mungkin suatu saat hidup akan menjadi membosankan, dimana saluran televisi kehabisan bahan untuk diberitakan, hingga kita selalu bangga untuk berkata, “Indonesia tanah air beta, pusaka abadi tak jaya.”

Nah, dari berjuta pelajar di Indonesia, berjuta pula ekspresi mereka setelah kelar dari UN. Ada yang langsung sujud syukur, ada yang berkemah, bercengkrama, dan bertadabbur alam, ada pula yang langsung kembali ke kota kelahiran, bertemu sanak saudara dan berkesempatan untuk berbakti kepada kedua orang tua. Eh, itu anak-anak pasukan langit ding :P

Ada mereka yang biasa-biasa saja, keep calm and simple, ada mereka yang berbahagia karena bisa berlibur kemana saja, tapi yang menyedihkan, ada mereka yang terjatuh setelah mendaki begitu tingginya. Miris banget, waktu tahu ada sekelompok pelajar di Kendal berzina ria setelah UN selesai, dan lebih miris waktu lihat video splash after class, wew, sekelompok pelajar ngajak pesta bikini. Sayangnya, acaranya dibatalkan. Padahal aku pengen ikut loh, eh.

Beberapa dari kami pun terlena loh, seolah-olah UN selesai berarti perjuangan selesai. Padahal enggak kan coeg? Misalnya, masih ada tugas buat daftar di PTN idaman. Belum lagi perjuangan pas kuliah kelak, perjuangan buat skripsi, perjuangan mencari nafkah, perjuangan menikah, dan perjuangan-perjuangan selanjutnya.

Kalau mau sedikit merenung, sebenarnya hidup hanyalah kumpulan dari ujian-ujian dan perjuangan. Dan UN, hanyalah satu keping kecil dari rangkaian puzzle kehidupan. Aku jadi teringat pesan Syaikh Abdul Karim ketika tahsin surah Al Balad. Inna kholaqnal insaana fii kabad. Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan berpayah-payah. Maksudnya, emang udah fitrohnya manusia buat berpayah-payah, gak ada waktu buat berfoya-foya, buat berleha-leha, buat berlena-lena. Ada banyak PR yang belum terselesaikan.

Ahh, beta terlalu banyak bercakap, takutnya malah tak bermanfaat. Semoga Allah memberi hidayah, untukku, untukmu, untuknya, untuk mereka, dan untuk kita semua

Klaten, Rajab 1436 H

Al faqir ilallah

Huda S Drajad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS