Yang Nikmat Belum Tentu Memikat

15/10/16


Beberapa waktu terakhir, publik sempat dikejutkan dengan kematian seorang penyanyi di bumi pertiwi ini. Mike Mohede harus menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang masih muda. Banyak publik tidak percaya, karena selama ini Mike tidak dikenal pernah riwayat sakit yang mengancam. Hingga akhirnya berbagai kabar menyeruak ikut meramaikan kasus yang heboh ini.  Beberapa sumber menyebutkan bahwa kematian penyanyi yang terkenal lewat salah satu ajang pencarian bakat tersebut disebabkan oleh oleh Sudden Cardiac Death (SCD) atau lebih dikenal dengan nama serangan jantung mendadak yang biasa disebabkan oleh brugada syndrome dan penyakit jantung koroner
Kasus kematian Mike Mahode ini merupakan salah satu bukti bahwa prevalensi penyakit jantung di indonesia masihlah sangat tinggi. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013 sendiri, prevalensi jantung koroner yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen dari seluruh rakyat Indonesia, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen dari seluruh rakyat Indonesia.

Penyakit Jantung Koroner, penyebab kematian nomor 1 di Indonesia
Penyakit jantung koroner adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.
Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri /rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada baik pada bagian tengah, kiri depan, atau menjalar ke lengan kiri. Gejala lain yang mungkin dirasakan yaitu nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki, naik tangga, atau berjalan tergesa-gesa dan hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat.
Fakta juga menunjukkan, sejak tahun 1996 silam peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia ditempati oleh penyakit jantung koroner. Padahal, penyakit mematikan ini sebenarnya dapat dicegah karena memang penyakit jantung koroner banyak disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat. Pola hidup yang salah ini meliputi tiga aspek pokok, yaitu:
1.      konsumsi makanan yang manis dan berlemak secara berlebihan atau yang disebut dengan GlikoLipo Toksisit
2.      terbiasa hidup santai tanpa melakukan aktifitas secara fisik dan kurang berolahraga atau Sedentary Living
3.      hidup pada lingkungan yang tak sehat  yang penuh dengan radikal bebas serta meningkatnya polusi udara.
Biasanya penderita penyakit jantung koroner mengalami kerusakan pada bagian pembuluh darah arteri yang lebih sering lantaran kandungan kolesterol tinggi dalam tubuh. Kolesterol berlebih tersebut akan mengendap dalam pembuluh darah yang lambat laun terus tertimbun hingga menjadi gumpalan atau plak. Akibatnya ruang aliran pembuluh darah akan menyumbat sehingga memaksa jantung bekerja lebih ekstra dalam memompa aliran darah. Apabila hal itu terus berlangsung untuk jangka waktu lama, pembuluh arteri koroner semakin sempit dan keras atau yang biasa disebut dengan istilah aterosklerosis. Apabila pembuluh arteri koroner sudah rusak ataupun mengalami penyumbatan, jantung akan kekurangan asupan darah yang membawa oksigen. Hal inilah yang nantinya menimbulkan banyak komplikasi di kemudian hari.

Makanan Nikmat Penuh Laknat
Telah kita ketahui bahwa salah satu penyebab dari penyakit jantung koroner ialah gaya hidup yang salah. Salah satunya kebiasaan masyarakat adalah dalam urusan makanan, di mana karena semakin padatnya tuntuntan hidup, masyarakat mulai banyak meninggalkan makanan konvensional dan beralih pada makanan yang lebih cepat meskipun gizi yang dikandung dalam makanan tersebut tidak mencukupi kebutuhan, yaitu junk food. Namun, barangkali kita sendiri pun mungkin terkadang masih bingung dengan istilah junk food ini. Apa yang membedakan junk food dengan fast food? Mari kita lihat sejarahnya.
Menurut sejarah, fast food sendiri mulai dikenal abad 19 ketika revolusi industri di Amerika Serikat dan negara-negara lain di Eropa bermula. Karena perubahan dari iklim agraris menuju industrialis, masyarakat saat itu disibukkan di tempat kerja mereka mulai dari 8-10 jam per hari. Revolusi tersebut membuat masyarakat saat itu harus mencari alternatif lain yang lebih praktis untuk menghemat waktu yang mereka. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan cepat saji. Saat itu, industri makanan masih didominasi oleh snack bar atau kios kecil atau semacam pedagang kaki lima atau warung-warung kecil di Indonesia.
Memasuki abad ke-20 industri fast food berkembang pesat setelah bereformasi menjadi restoran-restoran modern. Munculah pada saat itu restoran besar semacam McDonald’s, KFC, AW, Tacco Bell, dan juga Dunkin Donut. Perkembangannya industri ini pun semakin cepat setelah dikenalkannya sistem franchise pada tahun 1950-an. Di Indonesia sendiri, fast food mulai marak tahun 1990-an, di mana saat itu dominasi restoran internasional mulai nampak. Akhirnya, fast food semakin menarik hati para konsumen yang tidak hanya terdiri dari kalangan para pekerja melainkan seluruh kalangan mulai dari anak-anak, remaja sampai dengan kalangan orang tua.
Seiring berjalannya waktu, pola makan instan mulai dirasakan dampak negatifnya bagi masyarakat. Di Amerika Serikat, obesitas dan komplikasinya menjadi masalah nasional sebagai dampak jangka panjang dari konsumsi fast food yang tidak terkendali. Kemudian penyakit jantung yang telah disebutkan menjadi penyebab kematian tertinggi, juga menjadi sebuah ancaman yang menakutkan. Hal tersebut menyadarkan masyarakat bahwa fast food merupakan makanan yang tidak sehat dan berpengaruh negatif terhadap kesehatan tubuh.
Atas alasan tersebut, kini masyarakat mengidentikkan fast food dengan istilah junk food atau makan sampah (yang tidak sehat). Maka dari sinilah harus kita sadari, bahwa tidak semua fast food adalah junk food, karena masih banyak makanan cepat saji konvensional yang kandungannya tetap mampu mencukupi kebutuhan nutrisi kita.
Akan tetapi ada fakta yang sangat disayangkan. Ada banyak persepsi masyarakat tentang junk food ini yang masih kurang tepat. Masyarakat pada umumnya masih memandang bahwa jenis-jenis junk food terbatas pada makanan waralaba dari luar negeri dan memilki harga yang cukup mahal. Salah satu keuntungannya, produk junk food dari luar negeri seperti burger, sosis, pizza dan makanan sejenisnya berupa kemasan modern dan mahal kini sudah mulai diwaspadai dan dipahami oleh masyarakat sebagai makanan cepat saji yang tidak sehat.
Namun, sebenarnya jenis-jenis junk food sendiri tidak terbatas hanya untuk makan luar negeri saja. Banyak makanan asli Indonesia yang termasuk ke dalam jenis makanan ini, tetapi belum banyak disadari masyarakat. Makanan Indonesia sendiri, banyak yang tidak kalah “sampah” dari junk food yang berasal dari luar negeri. Hal ini disebabkan oleh kandungan dalam makanan yang banyak mengandung lemak yang berbahaya bagi tubuh kita, mulai dari masakan padang hingga gorengan.
Gorengan sendiri seolah sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia dewasa ini. Hampir di setiap hajatan selalu dihidangkan gorengan, yang bisa jadi digoreng dengan minyak jelantah yang telah digunakan berulang kali. Mungkin sudah terhitung lagi, betapa banyak “sampah” yang kita masukkan setiap hari ke dalam tubuh kita.
Padahal, berdasarkan penelitian ahli gizi yang membandingkan komposisi nilai gizi antara satu burger standar dengan lima gorengan, didapatkan hasil bahwa nilai gizi antara burger dan gorengan sama-sama tergolong kedalam makanan berkalori dan berlemak tinggi, sehingga bila dilihat dari nilai gizinya gorengan tidak kalah “sampah” bila dibandingkan dengan burger.
Selain itu, minyak yang dipakai dalam penggorengan juga ternyata menimbulkan masalah baru. Penggunaan minyak yang berulang-ulang dengan pemanasan tinggi beserta kontak oksigen akan mengakibatkan minyak mengalami kenaikan asam lemak bebas yang bisa berdampak pada gagal jantung dan kematian mendadak.

Kesehatan untuk Kita
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Majane, disebutkan bahwa konsumsi gula dan minyak jenuh seperti yang banyak terdapat pada makanan nikmat kekinian seperti burger atau pizza, atau makan lain seperti gorengan, dapat mempercepat perkembangan kondisi abnormal pada jantung dan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terkena hipertensi, diabetes melitus, obesitas, serta jantung koroner. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab kematian tersering dan memiliki nilai burden of life tinggi yang dapat mengganggu kualitas hidup seseorang.
Nantinya, penurunan kualitas hidup individu bisa mengakibatkan penurunan produktiftas yang nantinya juga mempengaruhi profil kesehatan serta pembangunan bangsa. Individu yang sakit juga mengakibatkan meningkatkan biaya berobat sehingga meningkatkan pengeluaran negara di bidang kesehatan. Maka, tidak heran BPJS mengalami defisit mengingat  biaya penanganan penyakit-penyakit tadi membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Padahal seandainya masyarakat mau mengubah dan memperbaiki kualitas hidup mereka, anggaran yang dikeluarkan untuk bidang kesehatan bisa lebih dihemat dan dialokasikan untuk pembangunan dan pemenuhan sarana prasarana kesehatan di tempat lain seperti daerah-daerah terpencil perbatasan dan lainnya.
Karena luasnya pengaruh kesehatan individu pada diri sendiri dan masyarakat, sayangilah jantung dari sekarang. Langkah kecil bisa dimulai, dengan mengurangi konsumsi gorengan dan makanan berlemak lainnya, Alangkah lebih baik jika diganti dengan makan sayur dan buah-buahan. Selain itu, usahakan untuk meminimalisasi penggunaan minyak jelantah atau minyak yang telah digunakan berulang kali untuk menggoreng karena banyak mengandung asam lemak jenuh yang berakibat buruk bagi kesehatan. Dan terakhir, berorahlagalah secara rutin dan ajak orang-orang di sekitar Anda untuk menerapkan perilaku hidup sehat.

Take care of your body, it’s the only place you have to live. –Jim Rohn



DAFTAR PUSTAKA
1.       Alamsyah, Yuyun. 2009. Antisipasi Krisis Global: Bisnis Fast Food A La Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo
2.       Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
3.       Mozaffarian D, Rimm EB, King IB, Lawler RL, McDonald GB, Levy WC. 2004. Trans fatty acids and systemic inf lammation in heart failure. Am J Clin Nutr 2004;80:1521-5.
4.       Stanley, W., Shah, K. and Essop, M. 2009. Does Junk Food Lead to Heart Failure?: Importance of Dietary Macronutrient Composition in Hypertension. Hypertension, 54(6), pp.1209-1210.
5.       Yayasan Jantung Indonesia. 2015. Sejarah Penyakit Jantung Koroner. [online] Available at: http://www.inaheart.or.id/artikel/143-sejarah-penyakit-jantung-koroner/ [Accessed 15 Sep. 2016].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS