Ketika kehendakmu tidak sejalan dengan kehendak-Nya
Biarkan kehendak-Nya yang berjalan di atas hidupmu
Karena kehendak-Nya adalah kebaikan untukmu
Ketika inginmu tidak sejalan dengan ingin-Nya
Karena Dia MahaTahu segala tentangmu
Biarkan tangisan mengobati kekecewaanmu
Bukan kecewa pada Rabb-mu
Tapi kecewa pada dirimu sendiri
Karena tak mampu berdiri di atas ingin-Nya
Hidup harus dijalani, teman
Semenyakitkan apapun
Siap atau tidak
Karena Rabb-mu tidak butuh persetujuanmu
Atas kehendak-Nya
***
Itu puisinya keren banget yak? Puisi ini juga dimuat
di majalah AL-HUFFAZH edisi 8, bersama 2 artikelku yang lain, kenapa dia stalking dan karena cinta tak harus memiliki. Secara, aku mas’ul bagian KIS sih
-_-
Oke, lupakan yang tadi. Sebenarnya, puisi di atas
bukan orisinil bikinanku. Itu puisi yang aku ubah dari yang kutemuin di buku
jadul compang-comping. Buku itu tanpa sengaja bisa jatuh di tanganku waktu
kelas 3 Mts dulu. Aku udah lupa judul dan nama penulisnya. Tapi semoga, dengan
dimuatnya puisi beliau di majalah ini, bisa menjadi amal jariyah bagi beliau
kelak di akhirat.
Buku itu berkisah tentang perjuangan beliau untuk
terus bertahan hidup setelah divonis gagl ginjal. Puisi itu ditulis bersama
dengan beberapa lainnya, yang mungkin beliau tulis saat beliau merasa kematian
terasa begitu dekat di sisinya.
Keinsyafan beliau dalam memaknai hidup yang membuatku
tertegun. Jujur, aku tertohok banget. Tapi Alhamdulillah, puisi-puisi beliau
berhasil aku amankan hingga saat ini. Alhamdulillah. Allah yubaarik fiiha.
Dari kisah beliau, gue menjadi tersadar, bahwa bukan
hanya diri ini seorang yang merasakan pahitnya sebuah “kegagalan”. Aku tersadar
dari kenaifan, bahwa sebenarnya masih ada berjuta-juta orang yang merasakan hal
yang sama. Tapi banyak di antara mereka, berusaha untuk melapangkan hati dalam
memaknainya.
Dan aku yakin, kalian juga pernah merasakan hal yang
sama. Dan aku lebih yakin, bahwa di antara kalian juga ada yang lancing,
mencoba melangkahi Allah. Menganggap suatu hal penting dan berharga, tapi lupa
bahwa Allah lebih tahu tentang kebaikan yang hakiki. Astaghfirullah.
Dan aku pengen cerita satu kisah lagi, yang juga
berkenaan dengan kehendak-Nya, tapi dengan sedikit perspektif yang berbeda. Dan
kisah ini, terjadi di sekelilingku.
Kalian pernah mendengar nama Andi Wiyarto? Beliau
adalah sosok super inspiratif yang kini telah tiada. Alumnus kampung dua
menara, yang sepak terjangnya begitu mempesona. Subhanallah pokoknya.
Saat itu, bulan Februari 2013. Saat ketika kita
ditakdirkan untuk bertemu, bersama mengikuti dauroh Syaikh Abdul Karim
hafidzohullah. Saat itu, beliau bercerita tentang kisah hidup beliau.
Beliau bercerita, bagaimana masa-masa hidup beliau
sewaktu masih menjadi santri di sini. Beliau bercerita keadaan orangtua beliau yang saat itu biosa dibilang
kurang mampu. Beliau juga berkisah, bahwa saat bersekolah di ma’had ini,
Syahriyah beliau nunggak berbulan-bulan.
Bahkan,
sampai-sampai beliau dipanggil oleh ustadh Ali Mursyidi, kepala sekolah kami berkenaan
dengan tunggakan ini. Beliaupun hanya bisa pasrah. “Kalau saat dikeluarkan juga
nggak papa ustadz, saya ikhlas”, tutur beliau. Aku rapopo, Cuma itu yang bisa
beliau lakukan. Setelah itu, beliau hanya fokus belajar dan mengaji.
Waktu
berlalu, tapi kehendak-Nya berkata lain. Teman-temannya satu angkatan,
berinisiatif mengumpulkan dana untuk menalangi tunggakan SPP beliau. Sebuah
ukhuwah yang masya Allah. Dan singkat cerita, beliau akhirnya mampu menamatkan
pendidikan di ma’had ini.
Banyak
prestasi yang telah beliau torehkan, mulai dari menjuarai Olimpiade Matematika
dan Fisika tingkat Kabupaten, menjadi wisudawan terbaik, hingga nilai UN yang
kalau nggak salah nomor 2 se-Jawa Tengah. Ma Syaa Allah.
Prestasi
beliau terus bertambah, ketika beliau menamatkan dua pendidikan sarjana di
Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan mengabdika dirinya untuk Al Qur’an. Dan
Alhamdulillah, aku bisa bertemu sosok inspiratif ini.
Tapi,
setelah kehendak-Nya yang begitu indah, Allah berkehendak yang lain. Sesuatu
yang berbeda dengan yang dibayangkan manusia. Saat beliau mungkin sedang
menikmati masa-masa ‘pengantin baru’, beliau tiba-tiba sakit dan divonis
menderita penyakit kanker darah atau leukimia. Singkat cerita, beliaupun wafat
di usia mudanya. Allahumaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu
***
Begitulah
rencana Allah. Ada hal-hal yang nggak bisa kita bayangkan sebelumnya. Ada
kebahagiaan, ada kesedihan, tapi yang harus kita yakini bahwa semua itu
mengandung kebaikan dan keberkahan.
Mungkin,
beliau mas Andi telah tiada, tapi jasanya akan terus dikenang sepankjang masa.
Mungkin beliau telah wafat, tapi ruh yang beliau tinggalkan akan selalu membuat
kami, santri 2 menara untuk terus bersemangat. Dan mungkin beliau telah
meninggal dunia, tapi kami akan terus berusaha untuk meneruskan cita dan
perjuangannya.
Karangpandan,
21 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)