Kehendak-Nya

21/09/14

Ketika kehendakmu tidak sejalan dengan kehendak-Nya
Biarkan kehendak-Nya yang berjalan di atas hidupmu
Karena kehendak-Nya adalah kebaikan untukmu

Ketika inginmu tidak sejalan dengan ingin-Nya
Biarkan ingin-Nya menjadi skenario terbaik bagi hidupmu
Karena Dia MahaTahu segala tentangmu

Biarkan tangisan mengobati kekecewaanmu
Bukan kecewa pada Rabb-mu
Tapi kecewa pada dirimu sendiri
Karena tak mampu berdiri di atas ingin-Nya

Hidup harus dijalani, teman
Semenyakitkan apapun
Siap atau tidak
Karena Rabb-mu tidak butuh persetujuanmu
Atas kehendak-Nya

***
Itu puisinya keren banget yak? Puisi ini juga dimuat di majalah AL-HUFFAZH edisi 8, bersama 2 artikelku yang lain, kenapa dia stalking dan karena cinta tak harus memiliki. Secara, aku mas’ul bagian KIS sih -_-

Oke, lupakan yang tadi. Sebenarnya, puisi di atas bukan orisinil bikinanku. Itu puisi yang aku ubah dari yang kutemuin di buku jadul compang-comping. Buku itu tanpa sengaja bisa jatuh di tanganku waktu kelas 3 Mts dulu. Aku udah lupa judul dan nama penulisnya. Tapi semoga, dengan dimuatnya puisi beliau di majalah ini, bisa menjadi amal jariyah bagi beliau kelak di akhirat.

Buku itu berkisah tentang perjuangan beliau untuk terus bertahan hidup setelah divonis gagl ginjal. Puisi itu ditulis bersama dengan beberapa lainnya, yang mungkin beliau tulis saat beliau merasa kematian terasa begitu dekat di sisinya.

Keinsyafan beliau dalam memaknai hidup yang membuatku tertegun. Jujur, aku tertohok banget. Tapi Alhamdulillah, puisi-puisi beliau berhasil aku amankan hingga saat ini. Alhamdulillah. Allah yubaarik fiiha.

Dari kisah beliau, gue menjadi tersadar, bahwa bukan hanya diri ini seorang yang merasakan pahitnya sebuah “kegagalan”. Aku tersadar dari kenaifan, bahwa sebenarnya masih ada berjuta-juta orang yang merasakan hal yang sama. Tapi banyak di antara mereka, berusaha untuk melapangkan hati dalam memaknainya.

Dan aku yakin, kalian juga pernah merasakan hal yang sama. Dan aku lebih yakin, bahwa di antara kalian juga ada yang lancing, mencoba melangkahi Allah. Menganggap suatu hal penting dan berharga, tapi lupa bahwa Allah lebih tahu tentang kebaikan yang hakiki. Astaghfirullah.

Dan aku pengen cerita satu kisah lagi, yang juga berkenaan dengan kehendak-Nya, tapi dengan sedikit perspektif yang berbeda. Dan kisah ini, terjadi di sekelilingku.

Kalian pernah mendengar nama Andi Wiyarto? Beliau adalah sosok super inspiratif yang kini telah tiada. Alumnus kampung dua menara, yang sepak terjangnya begitu mempesona. Subhanallah pokoknya.

Saat itu, bulan Februari 2013. Saat ketika kita ditakdirkan untuk bertemu, bersama mengikuti dauroh Syaikh Abdul Karim hafidzohullah. Saat itu, beliau bercerita tentang kisah hidup beliau.

Beliau bercerita, bagaimana masa-masa hidup beliau sewaktu masih menjadi santri di sini. Beliau bercerita keadaan orangtua beliau yang saat itu biosa dibilang kurang mampu. Beliau juga berkisah, bahwa saat bersekolah di ma’had ini, Syahriyah beliau nunggak berbulan-bulan.

Bahkan, sampai-sampai beliau dipanggil oleh ustadh Ali Mursyidi, kepala sekolah kami berkenaan dengan tunggakan ini. Beliaupun hanya bisa pasrah. “Kalau saat dikeluarkan juga nggak papa ustadz, saya ikhlas”, tutur beliau. Aku rapopo, Cuma itu yang bisa beliau lakukan. Setelah itu, beliau hanya fokus belajar dan mengaji.

Waktu berlalu, tapi kehendak-Nya berkata lain. Teman-temannya satu angkatan, berinisiatif mengumpulkan dana untuk menalangi tunggakan SPP beliau. Sebuah ukhuwah yang masya Allah. Dan singkat cerita, beliau akhirnya mampu menamatkan pendidikan di ma’had ini.

Banyak prestasi yang telah beliau torehkan, mulai dari menjuarai Olimpiade Matematika dan Fisika tingkat Kabupaten, menjadi wisudawan terbaik, hingga nilai UN yang kalau nggak salah nomor 2 se-Jawa Tengah. Ma Syaa Allah.

Prestasi beliau terus bertambah, ketika beliau menamatkan dua pendidikan sarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan mengabdika dirinya untuk Al Qur’an. Dan Alhamdulillah, aku bisa bertemu sosok inspiratif ini.

Tapi, setelah kehendak-Nya yang begitu indah, Allah berkehendak yang lain. Sesuatu yang berbeda dengan yang dibayangkan manusia. Saat beliau mungkin sedang menikmati masa-masa ‘pengantin baru’, beliau tiba-tiba sakit dan divonis menderita penyakit kanker darah atau leukimia. Singkat cerita, beliaupun wafat di usia mudanya. Allahumaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu

Sewaktu dauroh dulu, beliau paling atas, tiga dari kiri

***

Begitulah rencana Allah. Ada hal-hal yang nggak bisa kita bayangkan sebelumnya. Ada kebahagiaan, ada kesedihan, tapi yang harus kita yakini bahwa semua itu mengandung kebaikan dan keberkahan.

Mungkin, beliau mas Andi telah tiada, tapi jasanya akan terus dikenang sepankjang masa. Mungkin beliau telah wafat, tapi ruh yang beliau tinggalkan akan selalu membuat kami, santri 2 menara untuk terus bersemangat. Dan mungkin beliau telah meninggal dunia, tapi kami akan terus berusaha untuk meneruskan cita dan perjuangannya.

Karangpandan, 21 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS