30 juz itu 2 hari

08/01/15

“Mimpi, adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia. Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya...”

Laskar Pelangi, salah satu novel yang dulu pernah booming di pondokku. Novel ini direkomendasikan oleh beberapa ustadz, katanya memotivasi. Aku sendiri juga sempat beli satu di Sriwedari, dengan kualitas bajakan esek-esek, kan cinta produk lokal :D. Filmnya pun kami tonton bareng-bareng di pelataran yang biasany a dipakai buat futsal. Dan saat itu, nggak sedikit yang nangis lihat perjuanggannya si Lintang.

Semua orang pasti punya mimpi. Cowokkah, cewekkah, atau bahkan cowok setengah cewek. Aku juga percaya kalian juga punya mimpi. Ada yang pengen jadi dokter, perawat, suster ngesot, pilot, pramugari, pramusaji, psikiater, psikolog, psikopat, pokoknya banyak lah.

                Semua mimpi-mimpi biasanya kita abadikan menjadi tujuan yang kita kejar dengan kesungguhan. Setiap tahun berganti, ada banyak target baru yang dicanangkan. Biasanya di akun @warung_blogger ada post-post yang isinya tentang target dan resolusi mereka ke depannya. Ada yang keren-keren tapi nggak sedikit juga yang GJ, kayak kamu, iya kayak kamu. #Plak

Aku pas setoran, make jubah, jaket, ama sorban XD
                Di tahun ini, aku juga punya mimpi yang ingin kudapatkan. Pertama, pas ujian tahfidz bisa setoran 30 juz. Kedua, lulus UN dengan nilai tertinggi se-Indonesia (tinggi bohai targetnya). Ketiga, diterima jadi mahasiswa FK UNS/UGM dengan beasiswa full. Dan terakhir, sukses dalam bisnis yang akan kumulai kelak pas kuliah nanti. Insya Allah.

                Mencanangkan 4 target di atas, awalnya aku juga nggak yakin. Emang apa bisa. Aku sendiri ketawa kok bacanya, apalagi kalian. Bwahahaha. Tapi alhamdulillah, dengan ijinNya 1 mimpi udah tercapai di tanggal muda bulan pertama, bisa setoran 30 juz. Beberapa kalian mungkin nggak percaya, tapi beneran, aku jujur. Aku nggak pengen riya’. Aku cuma pengen berbagi rasa, bahwa setiap mimpi pasti bisa diwujudkan. Bahwa apa yang dianggap dongeng oleh manusia bisa menjadi kenyataan di tangan mereka yang percaya janjiNya (quote favorit).

***

Waktu SMP, aku bertanya-tanya. Mana mungkin sih orang setoran 30 juz sekali duduk. Apa mulutnya nggak berbusa melantun tulisan setebal 600 halaman gitu. Apa dan apa, dan aku masih bertanya-tanya.

Dan ketika akhirnya aku diterima jadi salah satu santri di ma’had hidup mulia ini, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. 3 tahun yang lalu, musyrif kamarku, mas Musa Al Azzam mampu menyetorkan hafalan 30 juz dalam 2 hari. Amazing masya Allah. Dan aku yang saat itu masih kecil, polos, dan unyu pun termotivasi, pokoknya aku pas ujian kudu bisa setoran 30 juz juga.

                Maka, sejak saat itu, aku selalu menargetkan, pokoknya aku kudu bisa setoran 30 juz, pokoknya kudu bisa. Dan Alhamdulillah, musyrif tahfidzku, ustadz Faiz Baraja memberi nasihat yang terus kucoba amalkan sampai sekarang. Man qoroa khomsah falaa yansaa. Barangsiapa yang membaca 5 juz dari Al Qur’an, niscaya ia tidak akan pernah lupa.

                Sejak saat itu, aku jadi rajin membaca 5 juz darinya. Dan sekali lagi aku bersyukur, di semester ketiga aku bersekolah di ma’had hidup mulia, aku mampu merampungkan hafalanku. Tapi selesai bukan berarti lancar, aku mengakuinya. Maka aku meneruskan tradisiku membaca 5 juz dari Al Qur’an, berturut hingga akhirnya aku menginjakkan kaki di kelas 12. Dan alhamdulillah musyrifku setelahnya ustadz Khoiril Azka dan ustadz Hilmy Zulkarnaen juga setia memberi motivasi dan menyimak hafalanku.

Dua minggu menjelang ujian dilakukan, aku kembali menggalau ria. Harap-harap cemas, seperti kebanyakan orang bertipe melankolis lainnya. Tapi alhamdulillah, dengan wasilah karantina yang diadakan di ma’had seminggu sebelumnya, membuatku kembali yakin bisa memenangkan pertempuran.

                Pas karantina, banyak teman-temanku yang berguguran. Memang, saat itu udara dinginnya nggak nguati. Apalagi adanya tahun baru, membuat jalan di depan ma’had jadi macet parah (yang ini nggak nyambung). Hingga akhirnya, beberapa ikhwah pun terpaksa mengatur ulang target dan planning ujian mereka. Alhamdulillah, aku masih diberi kesempatan untuk mengikuti karantina hingga purna.

                Sehari sebelum ujian, aku mulai meriang. Badanku panas, batuk-batuk, dan pilek. Aku jadi pesimis lagi. Belum bisa bayangin kalau seandainya paginya aku nggak bisa setoran. Malam itupun, aku nyari doping. Dari madu, habatus sauda’, sampai propolis. Pokoknya ikhtiyar gimana caranya paginya badanku udah fit dan bisa beli bubur setoran lagi.

                Pengujiku adalah ustadz Syarqun. Aku was was, nanti kalau ustadz Syarqun jodohin aku sama anaknya gimana ya, kan aku belum siap #plak. Tapi tak apalah, bismillah. Dan paginya, perjuangan dimulai. Jam 6 ustadz Syarqun baru dateng. Dalam 2 jam pertama, alhamdulillah 6 juz berhasil kusetorkan. Setelahnya, aku makan roti ama doping-an lagi. Dan aku pun kembali merasa pusing.

                Jam 9 kami janjian untuk kembali memulai setoran. Alhamdulillah, meski kepala terasa berat dan pening, tapi 7 juz berhasil terlewati. Kini 13 juz berhasil kukumpulkan. Sholat Dzuhur, aku disuruh pergi ke Masjid di sebelah pondok, karena biasanya beliau sholatnya di sana. Aku pengen protes, ustadz aku sakit, tapi aku kan cemen. Ya udah, dengan kepala pusing aku mandi terus ke masjid yang beliau maksud.

                Ba’da dzuhur, baru bisa menyelesaikan sampai surat Thoha karena tiba-tiba beliau kedatangan tamu. Yah, alhamdulillah sih, soalnya saat itu aku juga mulai pening lagi. Aku pun berjalan gontai ke arah asrama. Panasnyooo... Sholat ashar, aku pun kembali ke masjid tadi. Selesai merapungkan 2/3 dari Al Qur’an. Setelahnya aku ingin bilang ke ustadznya aku udah terlalu pusing, pening, dan panas. Udah nggak kuat kalau dipaksa menyelesaikan hari itu juga. Alhamdulillah sebelum aku ngomong beliau udah bilang “Antum besok ijab sama jama’ah pengajian saya ya lagi aja ya setorannya, nanti malam soalnya saya ngisi taklim.” Siap tadz, aku bersyukur banget sore itu.

                Setelahnya aku langsung ngebo. Badan ini udah nggak fit lagi. Akupun mempewekan diri ke kasur dan berkerukup ke dalam eSBi. Saat itu aku merasa mengigau, badanku panas dan berkeringat semua. Duh gusti, seperti inikah ujian kalau kita pengen nikah muda kebaikan. Dan malam itu, aku tidak bangun dari tempat tidur kecuali ketika menjelang tengah malam untuk meminum obat dan menngganjal perut. Sholat pun terpaksa di atas ranjang. Tapi alhamdulillah, paginya aku bangun udah jauh baikan.

                Pagi hari aku kembali bergalau ria. Ini ustadnya dimana? Ternyata usut punya usut beliau lagi ada tamu. Dan diundur setorannya setelah Ahad pagi. Pagi itu sarapan dengan cilok enam ribu, soalnya aku takut, kalau makan nasi nanti jadi banyak ria’nya. Lagian aku juga udah kangen sama jamaah Ahad pagi kok, eh.

                Jam setengah sembilan, aku kembali memulai setoranku. Alhamdulillah, meski beberapa kali harus ngambil tisu karena hidungku meler terus, tapi 30 juzku berhasil terselesaikan tepat sebelum adzan dzuhur. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir. Dan di kamar, kulihat teman-temanku menyunggingkan senyum termanis mereka. Uhibbukum fillah :)

***

                Siang itu, aku merasakan kenikmatan yang tiada terkira. Dan kami semua bergembira, terutama anggota Pasukan Langit. Total, hari itu ada 3 orang dari kami yang menyelesaikan 30 juz. Dan satu temanku, akh Romy Abdul Malik membuat rekor baru di Isy Karima. Beliau menyetorkan hafalan 30 juz tanpa satupun kesalahan. Barakalah barakallah. :))

                Betullah pesan ustadz Zarkasyi sebelum kami melaksanakan ujian, “Setoran 30 juz itu kenikmatan yang tidak ada duanya dengan dunia. Kalau kalian udah bisa menyetorkan 30 juz, niscaya kalian merasa sebaik-baik kenikmatan ada di genggaman tangan dan memenuhi hati kecil kalian. Kalian akan merasa cukup dengan itu.”. Masya Allah, tapi meskipun begitu aku masih pengen tadz dikasih r25 atau ninja. Ahaha :D

                Maaf kalau kurang berkenan, semoga aku memostingnya bukan karena riya’ atau keduniaan. Semoga postingan ini bisa memberikan motivasi bagi kita semua, karena nggak ada yang mustahil di dunia. Mari kita kejar mimpi kita sama-sama. :)

Klaten, 16 Rabiul Awwal 1436H

6 komentar:

  1. Assalamu'alaikum, Afwan mau tanya, yang dimaksud dengan membaca 5 juzuk dari AlQuran itu apakah menghapal atau membaca dengan melihat mushaf? Jazakallah khayr

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam
      Ana pakai keduanya..
      Berusaha dulu tanpa mushaf, tetapi ketika memang belum lancar betul baca mushaf..
      Yang terpenting target 5 juz terpenuhi, karena biasanya kalau memaksakan tanpa melihat mushaf justru malah futur..
      Dan untuk ayat yang belum lancar tadi, dilancarkan di kesempatan yang lain..

      Hapus
  2. mantap bro,,.. barakAllah.. doaken yang lain bisa segera nyusul :)

    BalasHapus

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS