TPA untuk solusi

02/08/14


                Sebenarnya, dalam kehidupan manusia ada satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Biasanya dan kayak udah jadi mindset di pikiran manusia kebanyakan, kebutuhan pokok kita adalah Papan, Sandang, Pangan. Emang sih, ada beberapa pakar yang menyatakan kalau kebutuhan primer itu tergantung setiap orang. 3 tadi hanyalah yang umum, yang pasti dibutuhkan. Tapi menurut gue, dan mungkin udah ada kali pakar yang ngungkapin, kebutuhan rohani juga salah satu yang utama. Salah satu kebutuhan yang gak akan mungkin bisa lepas dari diri seorang anak manusia. Siapapun ia, muslimkah, yahudikah, nasranikah, bahkan mungkin atheis.
                
 Dan yang miris, di bumi pertiwi yang mayoritas muslim ini, pelajaran akan agama di sekolah-sekolah minim banget, bahkan mungkin jauh dari standar. seminggu palingan cuma 4 jam perlajaran. Padahal, kebutuhan pokok kita akan agama itu lebih besar daripada kebutuhan akan sandang, pangan, ataupun papan. Karena kekuatan seseorang sebenarnya adalah kekuatan jiwa.

                Semua kekurangan di atas masih di dukung dengan globlalisasi dan ekspansi kebudayaan yang makin gencar. *aku ngomong opo -_-. Wajar, kalau anak sekarang makin pada nakal. Udah mulai gak kenal dengan adab dan unggah ungguh dalam bermasyarakat. Pikirannya mulai individualistik. Pengen enak buat diri sendiri. Mulai enggan berpikir buat orang lain. Mbooyyak. Pantes, kalau ujung-ujungnya para koruptor menjamur di negeri ini.

                Mereka juga jauh dari Al qur’an. Ya jelas, lha wong sejak kecil yang dibaca cuma rumus, novel, ama lirik lagu. Yang didengerin tiap hari juga lagu-lagu jahiliyyah. Semuanya diputer tiap hari dan tiap saat, gak di bis, gak di minimarket, gak di TV. Maka jangan heran kalau kalian lihat anak 2 menara habis naik bis ngapalnya jadi rada susah. Hla di bis lagunya pokok’e joget sih. -_-

                Maka sekali lagi jangan heran, kalau pada akhirnya generasi masa depan indonesia rusak. Itu semua bukan hanya salah mereka, tapi juga salah para petinggi negara, salah rakyat Indonesia, dan salah kita semua.

Terus loe Cuma ngritik gitu?
                Enggak lah. Gue inget perkataan senior gue, kritik tanpa solusi hanya menambah masalah yang tidak berarti. Karna rukun mengkritik kayak rukun syahadat, ada nafyu dan itsbat. Nafyunya, sistem di Indonesia bermasalah, dan salah satu solusi yang gue usulkan yakni kembalikan TPA di masjid-masjid.

                Kenapa melalui TPA? Karena susah memasukkan kurikulum Islami ke sekolah umum saat ini. Apalagi nanti kalau kabinetnya pak J jadi, mungkin sekulerisme bakalan menjadi-jadi. Maka TPA bisa menjadi solusi, yang mampu mengajarkan anak ilmu agama sejak dini. Membekali generasi muda Indonesia dengan ilmu dan adab untuk terus bertahan di tengah gemerlap dunia. Maka TPA bisa menjadi solusi bagi mereka untuk membekali ilmu agama meskipun mereka tak mencicipi dunia kepesantrenan.

                Miris emang, ketika lihat orang tua zaman sekarang bangga ngelesin anaknya ke berbagai lembaga kursus. Jarang banget ada yang mendukung. Bahkan di beberapa kasus tak jarang orang tua yang mencaci anak-anak yang tiap hari ngaji. Para remaja juga sama, jauh lebih milih update status di sosmed daripada sekedar ke masjid buat ngajari anak-anak yang pergi ngaji. Hadeh..

 Selayang Pandang TPA
                Ada pepatah berkata, tak kenal maka tak sayang. Mungkin pepatah tersebut berlaku dalam hal ini. Salah satu sebab yang mungkin membuat orang meremehkan TPA adalah mereka gak pernah tahu sejarah dari TPA itu. Mereka gak tahu bahwa TPA membuat masyarakat dahulu mengenal Al Qur’an. Menyembuhkan masyarakat Indonesia dari penyakit buta huruf Arab.

                Seperti yang termuat di penyuluhagama.com, disebutkan bahwa sejak lahirnya lembaga yang diprakarsai oleh KH As’ad Humam ini, gairah masyarakat Indonesia untuk belajar Al Qur’an semakin meningkat. Hal ini didukung dengan ditemukannya metode Iqro’ dalam pengajaran Al Qur’an. Bahkan, KH As’ad Umam juga mendapat penghargaan berkat jasa beliau itu. Info selengkapnya bisa dibuka situsnya disini.


                  Kalau kata bang Wikipedia, pengertian dari TPA adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar dan atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.
                Jadi, udah paham?
--- --- ---

                Gue pernah baca di salah satu poster kurang lebih begini.
              “Jika kalian ingin mengetahui tingkat keIslaman suatu desa lihatnya masjidnya. Jika kalian ingin mengetahui tingkat kemakmuran masjidnya lihatlah TPAnya.”

                Maka, sudah selayaknya bagi kita kembali memakmurkan masjid. Hidupkan kembali ruh cinta Al Qur’an. Jangan minder dan enggan buat sekedar membantu mengajar TPA di masjid sekitar. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS