Udah nggak sabar

14/08/14

                Udah nggak sabar. Mungkin kita sering banget merasakannya. Lupakan perasaan kalian dulu, mari kita belajar bersama. Udah pernah baca satu anekdot tentang sabar? Kalau belum, simak dulu.

        Suatu ketika, seorang pemuda sebut saja Fiki, berkata ke sahabatnya, Fiko.
“Fik, katanya sabar itu indah. Gue udah lama menunggu. Sabar. Tapi kok gak kerasa juga ya indahnya?”
“Kata siapa, sabar itu indah kok.”
“Masak? Terus kapan gue bisa merasakan keindahannya?”
“Ya, sabar aja”

                Ini mungkin anekdot rada aneh, tapi sesungguhnya mencerminkan keadaan kita sehari-hari. Mencerminkan keadaaan seseorang yang berusaha bersabar, tapi masih merasa hidupnya selalu berada dalam kesusahan. Ia mungkin, belum menyadari indahnya kesabaran dalam hidupnya.

                Yang pengen gue bahas sekarang adalah pembiasan makna sabar yang sering terjadi di antara kita. Sabar itu seolah-olah artinya cuma menunggu. Itu perkataan ulama’ siapa juga gak tahu. Pokoknya sabar itu menunggu. Sampai muncul quote, sabar itu ada batasnya, ketika seseorang terlalu lama menunggu.

    Salim A Fillah, menggambarkan dalam satu bukunya, Jalan Cinta Para Pejuang, tentang pembiasan makna ini. Karena gue gak hafal ceritanya ngeplek, gue pas-pasin aja ya.

                Alkisah seorang pemuda, sebut saja dia Fahry Muhammad Ihsan, ingin melamar seorang akhwat, sebut dia Aisyah. Fahry datang ke rumahnya Aisyah. Nembung ke bapaknya (langsung to the point aja kakak)..

                “Pak, Kedatangan saya di sini pertama ingin menjalin silaturrahim. Agar kita semua diberkahi. Agar Allah memanjangkan umur kita. Kedua, tujuan saya ke sini adalah hendak mengamalkan salah satu sabda Rasulullah. “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah mampu, menikahlah” Nah, maksud saya, saya ingin menikah dengan anak Bapak, Aisyah”

                Si Aisyah udah menunggu di dalam kamar. Dia juga pengen. Yee... Tapi, bukannya bertanya ke Aisyah, tapi sang bapak langsung langsung menjawab. “Ya, saya sebenarnya juga ingin, tapi kan Aisyah masih kuliah, alangkah lebih baik jika adik menunggu dianya lulus dulu”

Kalau gue yang digituin, mungkin gue langsung ngeluarin hadis Rasulullah yang berbunyi,
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.”
Jleb. Jeder. Klontang-Klontang.

                Tapi Fahry bukan gue. Dia lelaki sopan dan baik hati. Dan pula, bapak tadi gak nolak, cuma menyuruhnya menunggu. Fahry pamit pulang meskipun hatinya remuk. Trek trek dung ces.

                Hari demi hari berlalu. Dia lama berfikir. Dia harus menunggu orang yang di-istikhoroh-inya lulus. Itu masih 2 tahun lagi kakak. 2 tahun memang bukan waktu yang lama seandainya dijalani, tapi kali ini keadaanya berbeda. Dia sudah nggak kuat kalau harus menahan hawa nafsunya terlalu lama. Status hafidz dan mahasiswa berprestasi yang disandangnya, ditambah wajahnya yang ganteng membuatnya digemari mahasiswi di kampusnya. Bahkan, beberapa akhwat pun juga menaruh hati padanya. Gak percaya kegantengannya, coba buka sendiri akun fbnya di sini.

                Oke, lanjut. Setelah berfikir panjang, akhirnya Fahry pun memutuskan untuk menikah dengan akhwat lain. Baginya sabar bukan hanya menunggu orang yang diharapkannya lulus. Sabar, juga berarti merelakan apa yang disukainya, untuk menghindari madhorot dan dosa. Ia ingin segera menikah, bukan karena ia tak mampu menunggu, tapi karena ia tak yakin masih mampu bertahan di fitnah dewasa ini.

***
                Dari cerita itu, dulu gue tersadar dari pembiasan ini. Mungkin kita lupa, pada perkataan Ibnul Qoyyim “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah. ”.

                Bahkan, beliau juga gak menyebutkan kalau sabar berarti menunggu bukan? Jadi, gue berharap setelah ini, kita gak terkekang dengan persepsi bahwa sabar adalah menunggu. Lain kali, kita bahas masalah sabar ini lebih jauh. Gue tutup dengan sabda Rasul

Ash Shobru dhiya’, sabar adalah pelita” Ma Syaa Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Anda Untuk Perbaikan Diri dan Koreksi. Terima Kasih :)

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS